The struggle you're
in today is developing the strength you need for tomorrow. Don't give up.
Robert Tew
Hidup adalah perjuangan, begitu halnya dalam menulis.
Menulis membutuhkan perjuangan apalagi saya sebagai penulis pemula. Banyak hal
yang harus diperjuangkan dalam membiasakan menulis. Waktu, tenaga, keahlian,
pengetahuan, dan bahkan pikiran itu sendiri. Ingin menyelesaikan tulisan
secepatnya, tapi hal-hal tertentu kadang menjadi kendala. Ingin menulis setiap
hari tapi waktu belum dominan sepenuhnya. Memang benar kata pepatah, kerjakan apa
yang bisa dikerjakan hari ini jangan tunggu besok.
Seperti biasa, sebelum kuliah dimulai moderator yang
kebetulan sekali bu Aam (woman of the year) membuka kelas dengan kalimat “Tak kenal maka
tak sayang. Tak sayang maka tak cinta. Tak cinta maka tak tahu. Kata pembuka
mengalir dengan lancar. Berikutnya, kami dipersilahkan membaca profil
narasumber.
Mental dan Naluri Penulis adalah tema yang diangkat oleh narasumber
pada perkuliahan hari ini. Dialah Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. yang merupakan salah
satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei
1990. Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak
laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, penulis juga
aktif di bidang literasi. Keaktifan berliterasi ditunjukkan dari karya-karya hebat beliau seperti Mengapa Tak Kau Tanyakan
Saja (2019), Djogja Backpacker (2019), "Lelaki di Ladang Tebu"
(2020), "Membongkar Rahasia Menulis" (2021), "Sepenggal Kisah
Corona : Memoar Perjalanan Hidup Selama Satu Tahun Pandemi" (proses cetak),
dan masih banyak karya dan prestasi lainnya yang telah diperoleh. Di usia yang
masih muda telah menyimpan banyak kenangan di dunia leterasi. Luar biasa sekali
prestasinya bu Ditta.
Teknik menulis dan mental penulis diibaratkan jiwa dan raga yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dalam menulis kedua hal tersebut tudak bisa diabaikan keberadaannya karena hidup atau tidak tulisan yang dihasilkan tergantung keberadaan keduanya dslsm jiwa penulisnya. Apa itu teknik menulis? Teknik menulis adalah kemampuan atau usaha seseorang dalam melakukan aktivitas menulis mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, pemahaman mengenai gagasan utama, berbagai jenis tulisan, serta pengetahuan lain yang bersifat teknis.
Lalu mental seperti apa yang dimaksud? Berikut adalah bagan mental bagi seorang penulis.
Wow! Ternyata setelah bersurfing ria di bloknya bu Ditta jelas sekali mental seperti apa yang harus dimiliki oleh penulis. Tinggal bagaimana kita menyeimbangkan antara mental dan teknik menulis sehingga menghasilkan tulisan yang enak dibaca.
Selanjutnya narasumber menjelaskan ciri-ciri dari tipe penulis. Ada empat tipe penulis dilihat dari
keseimbangan teknik dan mental penulis. Yang pertama Dying Writer (Penulis yang
sekarat) yaitu penulis yang lemah dari segi mental dan tekniknya menulis. Dia ibarat
bunga layu, hidup segan mati tak mau. Ketika mengikuti pelatihan menulis, tidak
tertanam niat untuk belajar atau hanya memiliki keinginan setengah hati seolah
ada keterpaksaan ( lemah mental) sehingga menyebabkan dia tidak mampu
menghasilkan tulisan karena teknik yang dimiliki lemah menyebabkan tidak tahu
apa yang akan dilakukan dalam menulis, tidak tahu memulai darimana dan akan menulis
apa. Tipe seperti ini harus memotivasi dan memilikii keinginan yang kuat dari
dalam diri agar bisa menulis.
Tipe yang kedua adalah dead man (mati).
Tulisan yang pernah ditulis hanya sebagai pajangan untukk diri sendiri terkubur
atau tersimpan di dalam laptop, buku diary atau note di hp. Dia adalah
seseorang yang telah memiliki teknik dalam menulis hanya saja mentalnya masih
lemah menyebabkan dia tidak berani mempublikasikan tulisannya ke sosial media.
Dia belum berani membuat artikel atau menulis buku padahal ilmu yang dimiliki
ada.
Tipe yang ketiga adalah sick people
yaitu seseorang dengan teknik yang masih lemah tetapi memiliki mental seorang
penulis. Dia berani memposting tulisannya di sosial media. Dia siap menerima
segala resiko yang timbul dari tulisan yang
dibuatnya seperti adanya kritikan terhadap kekurangan tulisannya seperti
typo, terjadinya pengulangan kata yang sama, paragraf yang terlalu panjang, dan
sebagainya. Kunci dari tipe ini adalah menulis secara terus menulis karena
kebiasaan membuat sesuatu yang ditulis makin baik.
Tipe yang terakhir adalah alive
yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung
yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Orang yang tergolong tipe ini
dikatakan kuat teknik dan mentalnya sehingga mereka disebut pakar dalam
menulis. Penulis tipe ini juga dikatakan sebagai penulis sejati dan selalu berproses. Dalam keadaan apapun
mereka menyempatkan menulis. Ciri tipe penulis ini adalah menjadi juara tingkat
nasional, bukunya tembus di jurnal nasional dan juga media massa.
Apakah semua orang bisa menjadi
penulis alive? Tentu saja, dengan catatan aktif menulis, dan terus menulis.
Kuatkan mental dan teknik menulis dan belajarlah untuk memperbaiki kesalahan
dengan banyak membaca dan berlatih menulis.
Bahasan berikutnya adalah naluri penulis. Apa itu naluri?
Naluri n 1 adalah dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir, pembawaan
alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu; insting; 2 Psi
perbuatan atau reaksi yang sangat majemuk dan tidak dipelajari yang dipakai
untuk mempertahankan hidup, terdapat pada semua jenis makhluk hidup (KBBI
online). Penulis dengan naluri penulisnya mampu mengoptimalkan seluruh
inderanya untuk berkarya terutama dalam menghasilkan tulisan sehingga
tulisannya bisa mengubah dunia dan orang lain. Kepekaan sangat penting perannya
bagi penulis terutama dalam menemukan ide-ide di lingkungan sekitar kemudian mengembangkan
nya menjadi tulisan yang bermanfaat bagi orang lain. Tulisan-tulisan yang
dihasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita.
Sesi terakhir perkuliahan hari ini adalah tanya jawab. Saya
sangat terkesan dengan cara beliau menjawab semua pertanyaan yang diberikan.
Pertanyaan yang berkesan adalah, “bagaimana mengatasi supaya tidak mudah down
dalam menulis?” Jawaban yang diberikan sangat luar biasa, “ Upgrade niat/target
menulisnya. Membuat resume di pelatihan ini kan tidak dibatasi waktu. Itulah
enaknya pelatihan ini. Artinya, jika belum sempat menulis hari ini, kita masih
bisa menulis resume esok atau lusa. Meski baiknya di hari yang sama agar materinya
masih hangat di kepala. Agar tidak cepat down, buat target yang lebih besar.
Misal jika mulanya hanya ingin membuat resume, upgrade jadi membuat buku dari
resume. Maka, meski telat, insya Allah kita akan tetap semangat membuat resume
karena punya target yang lebih besar. Semakin detail tujuan/target semakin
bagus. Catumkan saja kapan buku resume akan dicetak, penerbit mana, berapa
halaman, dsb. Insya Allah memotivasi untuk selalu menulis.” Jawaban yang
diberikan penuh dengan motivasi, mengalir begitu saja dari narasumber. Tinggal
penulislah yang mampu membawa kemana dirinya agar selalu semangat dalam
menulis.
Pertanyaan yang mengesankan berikutnya adalah Bagaimana cara
mengenali kelemahan dan kekuatan kita dalam menulis dan bagaimana mengelola
rasa takut mungkin salah satu mental block
yang harus saya enyahkan karena ada teman yang "mencemooh" saya yang
lagi belajar menulis ini?” Sungguh tidak
ada yang mengenali diri kita sebaik kita sendiri. Orang memang bisa menilai
kita, tapi seperti apa kita sesungguhnya hanya kita yang tahu. Namun ada
pepatah mengatakan, bahwa jika kamu ingin tahu siapa dirimu, bertanyalah pada
sahabatmu. Karena ia akan mengungkapkan kelebihan dan kekuranganmu tanpa
melebihkan atau menguranginya. Mungkin prinsip ini bisa membantu : Kita tak kan
pernah membahagiakan seluruh penduduk bumi. Tapi pasti, akan ada yang merasakan
manfaat dari apa yang kita lakukan/tulis. Maka, walau pun ia hanya seorang, berbahagialah.
Karena kita masih bisa menebar manfaat padanya. Gelap itu ada karena ketiadaan
cahaya. Maka, fokuslah pada titik terang, bukan titik gelapnya.
Sangat memotivasi dan menginspirasi sekali materi perkuliahan hari ini.
Sangat disayangkan saya tidak bisa ikut perkuliahan hari ini karena ada
kesibukkan lain yang tidak bisa ditinggalkan. Alhamdulillah, saya masih bisa
mempelajari materi ini meskipun terlambat. Tidak ada kata terlambat untuk
belajar, tidak ada kata terlambat dalam menulis, menulislah meskipun sedikit,
menulislah meskipun idenya belum sangat bagus, dengan terus menulis kita kan
terbiasa. Mari jadikan menulis is habit dan menulislah sepanjang hayat.
Tanggal pertemuan: 23/04/2021
Resume ke: 9
Tema: Bagaimana Membangun Mental dan Naluri Penulis
Narasumber: Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr.
Gelombang: 18
Pangkalpinang Okmi032021
Jadilah penulis bermental baja
BalasHapussemakin keren tulisan bu okmi..sukaa bacanya..😊👍
BalasHapusMantap bu
BalasHapus