Minggu, 25 April 2021

Bagaimana Membangun Mental dan Naluri Penulis


 

The struggle you're in today is developing the strength you need for tomorrow. Don't give up.

Robert Tew

Hidup adalah perjuangan, begitu halnya dalam menulis. Menulis membutuhkan perjuangan apalagi saya sebagai penulis pemula. Banyak hal yang harus diperjuangkan dalam membiasakan menulis. Waktu, tenaga, keahlian, pengetahuan, dan bahkan pikiran itu sendiri. Ingin menyelesaikan tulisan secepatnya, tapi hal-hal tertentu kadang menjadi kendala. Ingin menulis setiap hari tapi waktu belum dominan sepenuhnya. Memang benar kata pepatah, kerjakan apa yang bisa dikerjakan hari ini jangan tunggu besok.

Seperti biasa, sebelum kuliah dimulai moderator yang kebetulan sekali bu Aam (woman of the year)  membuka kelas dengan kalimat “Tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak cinta. Tak cinta maka tak tahu. Kata pembuka mengalir dengan lancar. Berikutnya, kami dipersilahkan membaca profil narasumber. 

Mental dan Naluri Penulis adalah tema yang diangkat oleh narasumber pada perkuliahan hari ini. Dialah Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. yang merupakan salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei 1990. Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, penulis juga aktif di bidang literasi. Keaktifan berliterasi ditunjukkan dari karya-karya  hebat beliau seperti Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja (2019), Djogja Backpacker (2019), "Lelaki di Ladang Tebu" (2020), "Membongkar Rahasia Menulis" (2021), "Sepenggal Kisah Corona : Memoar Perjalanan Hidup Selama Satu Tahun Pandemi" (proses cetak), dan masih banyak karya dan prestasi lainnya yang telah diperoleh. Di usia yang masih muda telah menyimpan banyak kenangan di dunia leterasi. Luar biasa sekali prestasinya bu Ditta.

Teknik menulis dan mental penulis diibaratkan jiwa dan raga yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dalam menulis kedua hal tersebut tudak bisa diabaikan keberadaannya karena hidup atau tidak tulisan yang dihasilkan tergantung keberadaan keduanya dslsm jiwa penulisnya.  Apa itu teknik menulis? Teknik menulis adalah kemampuan atau usaha  seseorang dalam melakukan aktivitas  menulis mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, pemahaman mengenai gagasan utama, berbagai jenis tulisan, serta pengetahuan lain yang bersifat teknis. 

Lalu mental seperti apa yang dimaksud? Berikut adalah bagan mental bagi seorang penulis.


Wow! Ternyata setelah bersurfing ria di bloknya bu Ditta jelas sekali mental seperti apa yang harus dimiliki oleh penulis. Tinggal bagaimana kita menyeimbangkan antara mental dan teknik menulis sehingga menghasilkan tulisan yang enak dibaca.

Selanjutnya narasumber menjelaskan ciri-ciri dari tipe penulis. Ada empat tipe penulis dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis. Yang pertama Dying Writer (Penulis yang sekarat) yaitu penulis yang lemah dari segi mental dan tekniknya menulis. Dia ibarat bunga layu, hidup segan mati tak mau. Ketika mengikuti pelatihan menulis, tidak tertanam niat untuk belajar atau hanya memiliki keinginan setengah hati seolah ada keterpaksaan ( lemah mental) sehingga menyebabkan dia tidak mampu menghasilkan tulisan karena teknik yang dimiliki lemah menyebabkan tidak tahu apa yang akan dilakukan dalam menulis, tidak tahu memulai darimana dan akan menulis apa. Tipe seperti ini harus memotivasi dan memilikii keinginan yang kuat dari dalam diri agar bisa menulis.

Tipe yang kedua adalah dead man (mati). Tulisan yang pernah ditulis hanya sebagai pajangan untukk diri sendiri terkubur atau tersimpan di dalam laptop, buku diary atau note di hp. Dia adalah seseorang yang telah memiliki teknik dalam menulis hanya saja mentalnya masih lemah menyebabkan dia tidak berani mempublikasikan tulisannya ke sosial media. Dia belum berani membuat artikel atau menulis buku padahal ilmu yang dimiliki ada.

Tipe yang ketiga adalah sick people yaitu seseorang dengan teknik yang masih lemah tetapi memiliki mental seorang penulis. Dia berani memposting tulisannya di sosial media. Dia siap menerima segala resiko yang timbul dari tulisan yang  dibuatnya seperti adanya kritikan terhadap kekurangan tulisannya seperti typo, terjadinya pengulangan kata yang sama, paragraf yang terlalu panjang, dan sebagainya. Kunci dari tipe ini adalah menulis secara terus menulis karena kebiasaan membuat sesuatu yang ditulis makin baik.

Tipe yang terakhir adalah alive yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Orang yang tergolong tipe ini dikatakan kuat teknik dan mentalnya sehingga mereka disebut pakar dalam menulis. Penulis tipe ini juga dikatakan sebagai penulis sejati  dan selalu berproses. Dalam keadaan apapun mereka menyempatkan menulis. Ciri tipe penulis ini adalah menjadi juara tingkat nasional, bukunya tembus di jurnal nasional dan juga media massa.

Apakah semua orang bisa menjadi penulis alive? Tentu saja, dengan catatan aktif menulis, dan terus menulis. Kuatkan mental dan teknik menulis dan belajarlah untuk memperbaiki kesalahan dengan banyak membaca dan berlatih menulis.

Bahasan berikutnya adalah naluri penulis. Apa itu naluri? Naluri n 1 adalah dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir, pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu; insting; 2 Psi perbuatan atau reaksi yang sangat majemuk dan tidak dipelajari yang dipakai untuk mempertahankan hidup, terdapat pada semua jenis makhluk hidup (KBBI online). Penulis dengan naluri penulisnya mampu mengoptimalkan seluruh inderanya untuk berkarya terutama dalam menghasilkan tulisan sehingga tulisannya bisa mengubah dunia dan orang lain. Kepekaan sangat penting perannya bagi penulis terutama dalam menemukan ide-ide di lingkungan sekitar kemudian mengembangkan nya menjadi tulisan yang bermanfaat bagi orang lain. Tulisan-tulisan yang dihasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita.

Sesi terakhir perkuliahan hari ini adalah tanya jawab. Saya sangat terkesan dengan cara beliau menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan yang berkesan adalah, “bagaimana mengatasi supaya tidak mudah down dalam menulis?” Jawaban yang diberikan sangat luar biasa, “ Upgrade niat/target menulisnya. Membuat resume di pelatihan ini kan tidak dibatasi waktu. Itulah enaknya pelatihan ini. Artinya, jika belum sempat menulis hari ini, kita masih bisa menulis resume esok atau lusa. Meski baiknya di hari yang sama agar materinya masih hangat di kepala. Agar tidak cepat down, buat target yang lebih besar. Misal jika mulanya hanya ingin membuat resume, upgrade jadi membuat buku dari resume. Maka, meski telat, insya Allah kita akan tetap semangat membuat resume karena punya target yang lebih besar. Semakin detail tujuan/target semakin bagus. Catumkan saja kapan buku resume akan dicetak, penerbit mana, berapa halaman, dsb. Insya Allah memotivasi untuk selalu menulis.” Jawaban yang diberikan penuh dengan motivasi, mengalir begitu saja dari narasumber. Tinggal penulislah yang mampu membawa kemana dirinya agar selalu semangat dalam menulis.

Pertanyaan yang mengesankan berikutnya adalah Bagaimana cara mengenali kelemahan dan kekuatan kita dalam menulis dan bagaimana mengelola rasa takut mungkin salah  satu mental block yang harus saya enyahkan karena ada teman yang "mencemooh" saya yang lagi belajar menulis ini?”  Sungguh tidak ada yang mengenali diri kita sebaik kita sendiri. Orang memang bisa menilai kita, tapi seperti apa kita sesungguhnya hanya kita yang tahu. Namun ada pepatah mengatakan, bahwa jika kamu ingin tahu siapa dirimu, bertanyalah pada sahabatmu. Karena ia akan mengungkapkan kelebihan dan kekuranganmu tanpa melebihkan atau menguranginya. Mungkin prinsip ini bisa membantu : Kita tak kan pernah membahagiakan seluruh penduduk bumi. Tapi pasti, akan ada yang merasakan manfaat dari apa yang kita lakukan/tulis. Maka, walau pun ia hanya seorang, berbahagialah. Karena kita masih bisa menebar manfaat padanya. Gelap itu ada karena ketiadaan cahaya. Maka, fokuslah pada titik terang, bukan titik gelapnya.

Sangat memotivasi dan menginspirasi sekali materi perkuliahan hari ini. Sangat disayangkan saya tidak bisa ikut perkuliahan hari ini karena ada kesibukkan lain yang tidak bisa ditinggalkan. Alhamdulillah, saya masih bisa mempelajari materi ini meskipun terlambat. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, tidak ada kata terlambat dalam menulis, menulislah meskipun sedikit, menulislah meskipun idenya belum sangat bagus, dengan terus menulis kita kan terbiasa. Mari jadikan menulis is habit dan menulislah sepanjang hayat.

Tanggal pertemuan: 23/04/2021

Resume ke: 9

Tema: Bagaimana Membangun  Mental dan Naluri Penulis

Narasumber:  Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr.

Gelombang: 18

Pangkalpinang Okmi032021

 


3 komentar:

Gadis pemalu dan sederhana kelahiran 41 tahun yang silam telah memilih tambatan hatinya "guru" sebagai profesi utama dalam nengaru...