Rabu, 28 April 2021

Impian menuju Penerbit Mayor

 

Apa pun yang membuatmu takut, hadapilah dengan berani

Mohammad Hatta 

Berjuang adalah kata yang cocok ketika ingin meraih dan mempertahankan sesuatu. Perjalanan hidup selama setahun ini telah telah diporak-porandakan oleh benda kecil yang tak kasat mata. Dia sangat berbahaya dan mematikan. Entah sudah berapa ratus juta nyawa dihabisinya di seluruh dunia. Keberadaannya masih dirasakan sampai hari ini, dialah corona. Apa hubungan corona dengan materi hari ini? Sangat berhubungan sekali, akibat corona banyak penerbit buku yang tidak beroperasi.

Tak terbayangkan sebelumnya bisa bertemu orang-orang hebat. Nasib telah membawaku berjalan dan belajar dengan mereka. Hari ini saya akan mengikuti kuliah bersama seorang pakar, Publishing Consultant & E-Book Development Andi Publisher, penulis yang merangkap menjadi dosen, dan pernah menjadi penulis lepas, dialah  bapak Edi S. Mulyanta S.Si, M.T. Kehadiran beliau akan mengupas tuntas tentang penerbit mayor yang akan dipandu oleh Mr. Bams.

Sebenarnya apa itu naskah buku? Menurut Undang-Undang no. 3 tahun 2017 tentang Sistem Pembukuan  Naskah Buku adalah draf karya tulis dan/atau karya gambar yang memuat bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Selanjutnya di dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan apa itu literasi, dan penulis. literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Kemudian  penulis adalah setiap orang yang menulis Naskah Buku untuk diterbitkan dalam bentuk Buku. Penulisan adalah penyusunan Naskah Buku melalui bahasa tulisan dan atau bahasa gambar.

Bebicara tentang penerbit mayor, membuat saya bertanya-tanya, “Apa itu penerbit Mayor?” Penerbit mayor adalah salah satu penerbit buku berskala besar yang ada di indonesia. Penerbit mayor biasanya menerbitkan buku dalam skala besar, kemampuan hasil produksi inilah yang membedakan antara satu penerbit dengan penerbit lainnya. Dengan skala produksi yang besar tentu saja penerbit mayor memiliki karyawan tidak sedikit. Penerbit mayor memiliki susunan struktur yang rapi yang mempermudah mereka menyelesaikan tugas masing-masing sesuai dengan devisi atau departemen masing-masing. Salah satu contoh penerbit mayot adalah Penerbit Andi.

Apakah tugas penerbit? Tugas penerbit pada umumnya sama yaitu mendapatkan -Naskah- yang tentunya dapat diproses menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan, sehingga bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat secara umum.

Dalam satu tahun terakhir, bisnis penerbitan mengalami kemunduran disebabkan mewabahnya virus corona. Dunia pendidikan yang mulanya belajar tatap muka harus beralih ke pembelajaran daring. Begitu pula halnya dalam bisnis penerbitan. Ada penerbit yang benar-benar berhenti beroperasi, adapula penerbit yang tetap beroperasi meskipun harus berjuang dengan segala usaha. Penerbit Andi, misalnya. Mereka mampu bertahan dalam masa pandemi ini karena mereka terus mencari celah dan kebutuhan saat ini. Peralihan peradaban menggunakan teknologi membuat mereka beralih ke penerbitan buku digital. Penerbit tersebut juga berhasil mengembangkan proyek buku digital beserta cara pemesanannya. Untuk mengakses buku tersebut dapat menggunakan link yang tersedia http://bukudigital.my.id atau dapat dilihat di http://ebukune.my.id.

Sulitnya pemasaran dan promosi buku masa pandemi ini, tidak membuat penerbit berhenti berkarya akan tetapi masa ini dimanfaatkan untuk melahirkan karya  dan strategi baru  sebagai ajang atau cara yang tepat untuk menunjukkan keberadaannya yaitu dengan melahirkan channel  TV Andi di youtube, serta mereka mengembangkan  Production House Andi Academy, untuk tetap mengobarkan semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penerbitan buku.

Bagaimana posisi kami sebagai penulis pemula dalam menerbitkan naskah? Menulislah dan hasilkan karya yang memiliki karakter dan ciri khas sehingga selalu dinanti-nantikan pembaca. Tulislah rencana penulisan dengan target market yang dituju. Syukur-syukur bapak ibu tawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal sebelumnya. Ke depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya.  Ke depan media-media selain buku akan semakin banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya. 

Penjelasan yang sangat menyegarkan bagi kami yang baru terlibat dan mulai belajar menulis. Materi yang disampaikan benar-benar telah memberi gambaran bagi kami bagaimana alur penerbitan naskah nantinya, terlepas apakah terlibat dengan penerbit minor atau mayor, paling tidak kami mendapatkan ilmu sekaligus belajar tentang tata cara penerbitan. Setelah mendapatkan materi ini, semangat untuk menulis makin berkobar meskipun masih harus berbagi waktu di sela-sela kegiatan lain. Buku yang akan kami hasilkan nanti akan membantu kami dalam meningkatkan keprofesionalisme kami sebagai guru. Apalagi buku yang dihasilkan memiliki ISBN. Karya harus segera ditorehkan setelah belajar menulis di bawah naungan Omjay dan tim. Sukses selalu untuk mereka. 

Sebelum perkuliahan berakhir, kami harus melewati sesi tanya jawab. Semua pertanyaan yang muncul sangat menarik sekali. Berikut adalah salah satu pertanyaan yang muncul dari salah satu peserta; 1) Kriteria apakah yang menjadi syarat wajib naskah lolos masuk dan diterbitkan oleh penerbit mayor. 2) Apakah untuk menerbitkan buku dipenerbit mayor itu butuh perantara atau penulis bisa jalan sendiri? 3) Perbedaan penerbit mayor dan minor yang terfokus pada skala penjualannya, lalu menurut bapak apakah kualitasnya sebenarnya bisa saja buku yg diterbitkan di penerbit minor itu lebih baik. Atau seperti apa standarnya. Beginilah jawaban yang dihadirkan oleh pak Edi, “1) Buatlah proposal ke penerbit yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan, dll). 2) Untuk menerbitkan buku di penerbit mayor tidak ada perantara, bisa langsung ke penerbit yang bersangkutan. Akan tetapi penerbit kami biasanya mempunyai group2 penulis yang selalu memberikan perancangan tulisan yang akan diusulkan. Terkadang group penulis ini cukup baik dalam hal pemenuhan judul perencanaan dan eksekusinya, sehingga terjadi kesepakatan secara ekslusif untuk diterbitkan. 3) Kualitas terbitan skala minor dan mayor itu menurut saya sama, tidak ada bedanya. Terkadang penerbit mayor mempunyai team Riset dan Development, sehingga lebih fokus pemilihan materi sampai ke eksekusi pemasarannya. Hal ini lah yang membedakan penerbit mayor dan minor, penerbit mayor mempunyai tool-tool pemasaran yang lebih banyak, tool Riset dan Development yang fokus pengembangan materi.

Saya sangat takjub sekali dengan penuturan beliau hari ini. Lihatlah kalimat penutup sekalian kalimat penyemangat beliau untuk kami, “Saat pandemi tampaknya seperti saat gelap yang tidak ada akhir, akan tetapi kami heran mengapa naskah begitu membanjir di tempat kami sehingga kami kewalahan untuk menggarapnya. Artinya apa.. semangat penulis dalam meninggalkan jejak itu tidak akan sirna .. walaupun badai ganas sedang di dapan kita. Bapak ibu tetap wajib menuliskan jejak-jejak yang dialami ibu dan bapak, dengan media apapun .. dan buku akan tetapi menjadi keabadian yang akan merekam jejak penelururan petualanan bapak ibu di dunia ini.. untuk akan cucu kita besuk di kemudian hari.” Benar-benar super sekali. Semoga segala motivasi yang diberikan dapat membangun dan membangkitkan gairah menulis kami sebagai penulis pemula terutama buat saya sendiri. Sehingga saya terbiasa melahirkan tulisan dalam kondisi apapun. Saya akan selalu berusaha untuk menjadikan menulis is habit dan menulis sepanjang hayat. Bila perlu tulisan yang dihasilkan dapat diterbitkan di Penerbit Mayor. Aamiin. 

Tanggal pertemuan: 28/04/2021

Resume ke: 11

Tema: Penerbit Mayor

Narasumber:  Edi S. Mulyanta S.Si, M.T.

Gelombang: 18

Pangkalpinang Okmi032021

 

Senin, 26 April 2021

Teknik Memasarkan Buku Zaman Now

 


Don't compare your struggles to anyone else's. Don't get discouraged by the success of others. Make your own path and never give up. 
MJ Korvan

Percayalah dengan kemampuan sendiri, apapun yang dihasilkan patut disyukuri. Untuk meraih kesuksesan butuh perjuangan. Perjuangan yang sungguh-sungguh akan membuahkan hasil. Apapun yang dihasilkan patut dibanggakan. Teruslah belajar dan berusaha sehingga mendapatkan hasil yang diimpikan. Jangan ada kata menyerah ketika gagal, lakukan... Lakukan...  dan Lakukan sampai mendapatkan hasil yang maksimal. 

Pertemuan ke-10 kali ini, mempertemukan Omjay kembali karena menggantikan narasumber yang berhalangan hadir. Perkuliahan kali ini akan dipandu oleh pak Cipto. Nama lengkapnya adalah Wijaya Kusumah, M.Pd. sebentar lagi akan menyandang gelar Doktor. Tema yang akan disampaikan adalah,"Teknik Memasarkan Buku." Lihatlah banyak sekali buku yang telah diterbitkan oleh beliau. Itu adalah bukti kecintaan beliau di dunia leterasi. Berikut ada dua judul buku yang telah diterbitkan.


Inti dari perkuliahan kali ini adalah bagaimana teknik memasarkan buku sehingga buku laris dan diminati banyak pembaca. Apa yang harus dilakukan agar buku laris? Untuk bisa memasarkan buku yang bermutu, maka kita harus belajar bagaimana menulis dan menerbitkan buku. Alhamdullah, pelatihan kali ini sudah menyiapkan narasumber-narasumber hebat yang akan mengarahkan penulis pemula untuk melahirkan dan menerbitkan buku yang berkualitas. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Kita akan menemukan buku itu bagus setelah membaca isinya. Biasanya diiringi dulu dengan iklan atau promosi agar buku yang diterbitkan layak untuk anda miliki.

Bagaimana melahirkan dan menerbitkan buku yang berkualitas? Yang harus dilakukan adalah mencari editor. Editor sangat berperan dalam mengedit naskah atau buku sehingga buku yang dihasilkan menarik dan enak untuk dibaca. Sebagai contoh, Omjay menerbitkan buku di percetakan Indie, sehingga buku-buku  beliau laris di pasaran. Kenapa bisa laris karena buku beliau terlebih dahulu diedit sedemikian rupa oleh editor profesional yang  telah disediakan dari pihak penerbit. Berbeda bila kita menerbitkan buku di penerbit mayor atau penerbit besar. Semua buku ada editornya sehingga terseleksi dengan baik dan layak untuk dijual atau dipasarkan ke seluruh Indonesia. Bahkan ke manca negara bila bagian marketing nya sudah sampai ke berbagai negara di dunia.

Bagimanakah teknik memasarkan buku? Dalam artikelnya Deepublish tanggal 4 Januari 2021 desebutkan ada 4 cara memasarkan buku yaitu place (tempat yang strategis untuk memasarkan buku), price (Harga yang kompetitif), product (Product yang akan dipasarkan harus berkualitas) dan promotion (Kecepatan mempromosi produk dengan segala resiko yang akan diterima.) Sedangkan menurut Omjay cara yang paling banyak dipakai untuk memasarkan buku adalah menggunakan media digital dan media sosial seperti  YouTube dan Instagram dan bahkan melalui blog. 

Berikutnya beliau mengatakan bahwa kunci dari memasarkan buku adalah kerjasama (kolaborasi). Bekerjasama akan membantu perluasan pemasaran, tapi tetap perlu diingat bahwa adakala buku laris di pasaran dan adakalanya tidak. Tinggal bagaimana menyikapinya. Semangat adalah kunci utama dalam memasarkan buku. Jangan berhenti berusaha dikala tertimpa masalah, akan tetapi tetaplah maju meskipun masalah menghimpit. Usaha yang dilakukan tidak akan mengecewakan malah sebaliknya akan membawa kepada keberhasilan di masa depan. Lihatlah bagaimana seorang Omjay berkolaborasi dalam memasarkan buku-bukunya sehingga laris di pasaran. 

Begitu pula dengan penulis-penulis senior lainnya, pemasaran buku mereka dilakukan dengan kolaborasi. Tentu saja pemasaran itu sendiri juga dilakukan oleh penulis buku. Libatkan semua anggota keluarga, lingkungan sekitar, rekan kantor dan bahkan teman-teman yang terlibat dalam organisasi lainnya. Semakin meluas pemasaran yang dilakukan maka akan semakin terkenal pula buku yang dipasarkan, dan jangan heran bila suatu hari menerima royalti yang wah. Ketika telah berhasil masuk ke penerbit, tetaplah selalu berinovasi agar buku yang dihasilkan tetap menjadi best seller. 

Penerbit mayor memiliki editor yang profesional dan pakar di bidang nya dengan demikian mereka akan menghasilkan buku-buku best seller terlaris yang didukung pula oleh bagian pemasaran. Dengan demikian, buku yang masuk ke penerbit tersebut akan dihiasi dan didesain seindah mungkin sehingga menarik untuk dilihat, menarik untuk dibeli, menarik untuk dikoleksi dan menarik  dibaca. Beda halnya dengan penerbit yang tidak menyediakan editor, sehingga penulislah yang harus mencari editor sendiri. Dengan adanya kolaborasi maka buku yang dihasilkan akan bermutu dan berkualitas. 

Menerbitkan buku jauh dari mimpi saya selama ini. Jangankan menerbit buku, menulis saja masih tidak bagus dan acak-acakan. Beruntung sekali dapat bergabung di grup belajar menulis sehingga bisa belajar menulis, belajar menghasilkan buku, dan yang paling penting sekali belajar bagaimana menerbitkan buku. Melalui grup ini, apa yang tidak bisa dilakukan menjadi bisa, dan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Luar biasa sekali efek dari keikutsertaan dalam grup ini. 

Semoga saja setelah mengikuti pelatihan ini, bila perlu selama mengikuti pelatihan ini, menulis menjadi habit bagi saya, kapanpun dan dimanapun saya bisa meluangkan sedikit waktu untuk menggores kertas sehingga membentuk untaian kata dan kalimat yang indah dan menarik untuk dibaca, apalagi sampai pembaca terbujuk dengan tulisan yang dibaca. 

Untuk meraih kesuksesan tersebut tentu saja saya harus menulis...menulis...dan terus menulis tanpa ada rasa bosan sedikitpun. Saya harus mencari waktu luang yang cocok untuk terus menulis sehingga tidak ada kata menulis terhalang oleh kegiatan lain. Ketika tangan mulai menggores kertas, dia tidak akan berhenti sampai goresan tintanya habis. Mari jadikan menulis is habit dan menulislah sepanjang hayat. 

Sesi terakhir adalah sesi yeng ditunggu peserta, disesi ini peserta akan mengeluarkan segala unek-uneknya, mereka akan menanyakan banyak pertanyaan untuk melepaskan rasa penasaran, mereka banyak mencari tahu apa yang harus dilakukan terutama dalam hal penerbitan dan pemasaran buku. Rasa penasaran itu akan hilang bila narasumber menguraikan penjelasannya secara detail, singkat, padat, dan jelas. Pertanyaan yang menarik perhatian saya adalah pertanyaan terakhir, "Apa yang harus dilakukan ketika telah menyelesaikan 20 resume?" Pertanyaan ini adalah target akhir dari pelatihan ini, sehingga menjadi penting untuk ditanyakan. Buku ibu pasti akan laku bila ibu fokus mengerjakannya. Itulah yang saya lakukan sehingga buku buku saya laku di pasaran. Langkah langkahnya adalah ikuti petunjuk para mentor. Jadilah makmum yang baik. Ikuti imam yang mau berbagi ilmu dan pengalamannya. Saya banyak belajar dari para narasumber hebat negeri ini. Supaya buku ada pungggungnya dan gagah ketika dipajang, sebaiknya bikin tulisan lebih dari 200 halaman (Jawaban Omjay). Memang benar experience is a good teacher. Kesuksesan diraih karena banyaknya pengalaman.

Sebagai kalimat penutup perkulihan hari ini, Omjay mengajak para peserta untuk senantiasa mengoleksi buku-buku bermutu. bacalah buku-buku yang dapat memotivasi untuk terus berkarya terutama dalam menulis. Dengan banyak membaca, wawasan bertambah luas dan ide untuk menulis akan berkembang. Bagaimana cara mendapatkan buku seperti itu? Tentu saja dengan membeli buku-buku hasil karya Omjay.

Tanggal pertemuan: 26/04/2021

Resume ke: 10

Tema: Teknik Memasarkan Buku 

Narasumber:  Wijaya Kusumah, M.Pd.

Gelombang: 18

Pangkalpinang Okmi032021

 

Minggu, 25 April 2021

Bagaimana Membangun Mental dan Naluri Penulis


 

The struggle you're in today is developing the strength you need for tomorrow. Don't give up.

Robert Tew

Hidup adalah perjuangan, begitu halnya dalam menulis. Menulis membutuhkan perjuangan apalagi saya sebagai penulis pemula. Banyak hal yang harus diperjuangkan dalam membiasakan menulis. Waktu, tenaga, keahlian, pengetahuan, dan bahkan pikiran itu sendiri. Ingin menyelesaikan tulisan secepatnya, tapi hal-hal tertentu kadang menjadi kendala. Ingin menulis setiap hari tapi waktu belum dominan sepenuhnya. Memang benar kata pepatah, kerjakan apa yang bisa dikerjakan hari ini jangan tunggu besok.

Seperti biasa, sebelum kuliah dimulai moderator yang kebetulan sekali bu Aam (woman of the year)  membuka kelas dengan kalimat “Tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak cinta. Tak cinta maka tak tahu. Kata pembuka mengalir dengan lancar. Berikutnya, kami dipersilahkan membaca profil narasumber. 

Mental dan Naluri Penulis adalah tema yang diangkat oleh narasumber pada perkuliahan hari ini. Dialah Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. yang merupakan salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei 1990. Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, penulis juga aktif di bidang literasi. Keaktifan berliterasi ditunjukkan dari karya-karya  hebat beliau seperti Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja (2019), Djogja Backpacker (2019), "Lelaki di Ladang Tebu" (2020), "Membongkar Rahasia Menulis" (2021), "Sepenggal Kisah Corona : Memoar Perjalanan Hidup Selama Satu Tahun Pandemi" (proses cetak), dan masih banyak karya dan prestasi lainnya yang telah diperoleh. Di usia yang masih muda telah menyimpan banyak kenangan di dunia leterasi. Luar biasa sekali prestasinya bu Ditta.

Teknik menulis dan mental penulis diibaratkan jiwa dan raga yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dalam menulis kedua hal tersebut tudak bisa diabaikan keberadaannya karena hidup atau tidak tulisan yang dihasilkan tergantung keberadaan keduanya dslsm jiwa penulisnya.  Apa itu teknik menulis? Teknik menulis adalah kemampuan atau usaha  seseorang dalam melakukan aktivitas  menulis mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, pemahaman mengenai gagasan utama, berbagai jenis tulisan, serta pengetahuan lain yang bersifat teknis. 

Lalu mental seperti apa yang dimaksud? Berikut adalah bagan mental bagi seorang penulis.


Wow! Ternyata setelah bersurfing ria di bloknya bu Ditta jelas sekali mental seperti apa yang harus dimiliki oleh penulis. Tinggal bagaimana kita menyeimbangkan antara mental dan teknik menulis sehingga menghasilkan tulisan yang enak dibaca.

Selanjutnya narasumber menjelaskan ciri-ciri dari tipe penulis. Ada empat tipe penulis dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis. Yang pertama Dying Writer (Penulis yang sekarat) yaitu penulis yang lemah dari segi mental dan tekniknya menulis. Dia ibarat bunga layu, hidup segan mati tak mau. Ketika mengikuti pelatihan menulis, tidak tertanam niat untuk belajar atau hanya memiliki keinginan setengah hati seolah ada keterpaksaan ( lemah mental) sehingga menyebabkan dia tidak mampu menghasilkan tulisan karena teknik yang dimiliki lemah menyebabkan tidak tahu apa yang akan dilakukan dalam menulis, tidak tahu memulai darimana dan akan menulis apa. Tipe seperti ini harus memotivasi dan memilikii keinginan yang kuat dari dalam diri agar bisa menulis.

Tipe yang kedua adalah dead man (mati). Tulisan yang pernah ditulis hanya sebagai pajangan untukk diri sendiri terkubur atau tersimpan di dalam laptop, buku diary atau note di hp. Dia adalah seseorang yang telah memiliki teknik dalam menulis hanya saja mentalnya masih lemah menyebabkan dia tidak berani mempublikasikan tulisannya ke sosial media. Dia belum berani membuat artikel atau menulis buku padahal ilmu yang dimiliki ada.

Tipe yang ketiga adalah sick people yaitu seseorang dengan teknik yang masih lemah tetapi memiliki mental seorang penulis. Dia berani memposting tulisannya di sosial media. Dia siap menerima segala resiko yang timbul dari tulisan yang  dibuatnya seperti adanya kritikan terhadap kekurangan tulisannya seperti typo, terjadinya pengulangan kata yang sama, paragraf yang terlalu panjang, dan sebagainya. Kunci dari tipe ini adalah menulis secara terus menulis karena kebiasaan membuat sesuatu yang ditulis makin baik.

Tipe yang terakhir adalah alive yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Orang yang tergolong tipe ini dikatakan kuat teknik dan mentalnya sehingga mereka disebut pakar dalam menulis. Penulis tipe ini juga dikatakan sebagai penulis sejati  dan selalu berproses. Dalam keadaan apapun mereka menyempatkan menulis. Ciri tipe penulis ini adalah menjadi juara tingkat nasional, bukunya tembus di jurnal nasional dan juga media massa.

Apakah semua orang bisa menjadi penulis alive? Tentu saja, dengan catatan aktif menulis, dan terus menulis. Kuatkan mental dan teknik menulis dan belajarlah untuk memperbaiki kesalahan dengan banyak membaca dan berlatih menulis.

Bahasan berikutnya adalah naluri penulis. Apa itu naluri? Naluri n 1 adalah dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir, pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu; insting; 2 Psi perbuatan atau reaksi yang sangat majemuk dan tidak dipelajari yang dipakai untuk mempertahankan hidup, terdapat pada semua jenis makhluk hidup (KBBI online). Penulis dengan naluri penulisnya mampu mengoptimalkan seluruh inderanya untuk berkarya terutama dalam menghasilkan tulisan sehingga tulisannya bisa mengubah dunia dan orang lain. Kepekaan sangat penting perannya bagi penulis terutama dalam menemukan ide-ide di lingkungan sekitar kemudian mengembangkan nya menjadi tulisan yang bermanfaat bagi orang lain. Tulisan-tulisan yang dihasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita.

Sesi terakhir perkuliahan hari ini adalah tanya jawab. Saya sangat terkesan dengan cara beliau menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan yang berkesan adalah, “bagaimana mengatasi supaya tidak mudah down dalam menulis?” Jawaban yang diberikan sangat luar biasa, “ Upgrade niat/target menulisnya. Membuat resume di pelatihan ini kan tidak dibatasi waktu. Itulah enaknya pelatihan ini. Artinya, jika belum sempat menulis hari ini, kita masih bisa menulis resume esok atau lusa. Meski baiknya di hari yang sama agar materinya masih hangat di kepala. Agar tidak cepat down, buat target yang lebih besar. Misal jika mulanya hanya ingin membuat resume, upgrade jadi membuat buku dari resume. Maka, meski telat, insya Allah kita akan tetap semangat membuat resume karena punya target yang lebih besar. Semakin detail tujuan/target semakin bagus. Catumkan saja kapan buku resume akan dicetak, penerbit mana, berapa halaman, dsb. Insya Allah memotivasi untuk selalu menulis.” Jawaban yang diberikan penuh dengan motivasi, mengalir begitu saja dari narasumber. Tinggal penulislah yang mampu membawa kemana dirinya agar selalu semangat dalam menulis.

Pertanyaan yang mengesankan berikutnya adalah Bagaimana cara mengenali kelemahan dan kekuatan kita dalam menulis dan bagaimana mengelola rasa takut mungkin salah  satu mental block yang harus saya enyahkan karena ada teman yang "mencemooh" saya yang lagi belajar menulis ini?”  Sungguh tidak ada yang mengenali diri kita sebaik kita sendiri. Orang memang bisa menilai kita, tapi seperti apa kita sesungguhnya hanya kita yang tahu. Namun ada pepatah mengatakan, bahwa jika kamu ingin tahu siapa dirimu, bertanyalah pada sahabatmu. Karena ia akan mengungkapkan kelebihan dan kekuranganmu tanpa melebihkan atau menguranginya. Mungkin prinsip ini bisa membantu : Kita tak kan pernah membahagiakan seluruh penduduk bumi. Tapi pasti, akan ada yang merasakan manfaat dari apa yang kita lakukan/tulis. Maka, walau pun ia hanya seorang, berbahagialah. Karena kita masih bisa menebar manfaat padanya. Gelap itu ada karena ketiadaan cahaya. Maka, fokuslah pada titik terang, bukan titik gelapnya.

Sangat memotivasi dan menginspirasi sekali materi perkuliahan hari ini. Sangat disayangkan saya tidak bisa ikut perkuliahan hari ini karena ada kesibukkan lain yang tidak bisa ditinggalkan. Alhamdulillah, saya masih bisa mempelajari materi ini meskipun terlambat. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, tidak ada kata terlambat dalam menulis, menulislah meskipun sedikit, menulislah meskipun idenya belum sangat bagus, dengan terus menulis kita kan terbiasa. Mari jadikan menulis is habit dan menulislah sepanjang hayat.

Tanggal pertemuan: 23/04/2021

Resume ke: 9

Tema: Bagaimana Membangun  Mental dan Naluri Penulis

Narasumber:  Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr.

Gelombang: 18

Pangkalpinang Okmi032021

 


Rabu, 21 April 2021

Akan Hadir Buku Mahkota Penulis, Buku Mutiara Tulisan



Hidup adalah pilihan, hiasilah hidup dengan menebar kebaikan

Terlahir sebagai manusia yang berakal membuat manusia menjadi makhluk yang istimewa. Dengan akal manusia bisa meraih kesuksesan, dengan akal manusia bisa menciptakan berbagai macam pengetahuann dan teknologi, dengan akal manusia bisa saling menjatuhkan, dengan akal manusia bisa saling berbagi, dan dengan akal juga manusia bisa tenggelam. Maha dasyat sekali power manusia dalam kehidupan. Ambisi yang dimiliki manusia kadang-kadang bisa menyakiti orang lain apalagi tidak disertai dengan agama. Untuk mengontrol akal maka dibutuhkan keseimbangan dunia dan akhirat. Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas, dengan bersyukur maka pengendalian diri dan ego akan terjaga. Dengan akal manusia bisa menguasai dunia, dengan akal manusia mampu membolak-balikkan fakta dan dengan akal juga manusia memiliki hati nurani untuk saling memahami, berbagi, mengasihi, dan menyayangi.  

Pertemuan ke-8 pelatihan belajar menulis hari ini menghadirkan sosok yang rupawan, berwibawa, dan simpatik yang mengingatkanku pada abak (ayah). Seorang yang ramah, bersahabat, jujur dan kebapakan dan suka berbagi dengan orang lain.  Beliau adalah H. Thamrin Dahlan M.Si. Alumni Pasca Sarjana UI. Lahir di Tempino Jambi 7 Juli 1952. Purnawirawan Polri terakhir bertugas sebagai Direktur Pasca Rehabilitasi BNN Pangkat Kombes Pol. Beliau adalah seorang Dosen dan Penulis serta Pendiri Penerbit Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Beliau sangat terkenal dengan julukan pegiat literasi. Bukti dari kehebatan beliau dalam berliterasi lahirnya 37 Judul Buku hasil karya beliau. Entah sudah berapa ratus tulisan beliau yang sudah diterbitkan. Jiwa menulisnya berkobar sampai sekarang diusia 69 tahun. Marvelous! Kata yang bisa terucapkan untuk kehebatan beliau.

Membaca profil beliau  saja sudah menggetarkan hati, apalagi sampai membaca buku-buku beliau. Saya serasa bermimpi bisa bertemu langsung dengan beliau meskipun hanya memalui WA.  Memukau, menakjubkan entah ungkapan apalagi yang tepat untuk beliau. Di usia senja masih aktif dan produktif.

Terkesima dan Merinding kata yang tepat setelah membaca materi yang dishare. Kata-kata yang dipilih dalam penyampaian materi mengagumkan. Wajarlah beliau disebut pegiat literasi. Tak terbayangkan beliau mampu menghasilkan tulisan seindah itu. Singkat, padat, jelas, dan bernyawa. Alangkah hebatnya! Lihat dan bacalah kalimat beliau dengan seksama, “Buku Muara Tulisan. Tanpa kita sadari setiap orang sebenarnya sudah pasti memiliki buku. Buku dalam artian tercantum nama seseorang di sampul / cover depan buku. SD buku dituliskan oleh Bapak Ibu Guru yang baik hati dalam bentuk raport. SMP, SMA, SMK para pelajar dan siswa sudah di wajibkan menyusun karya tulis walaupun terkadang berupa kerja kelompok namun makalah itu dijilid jadilah buku. Perguruan Tinggi, kualitas buku seorang sarjana itu memiliki harkat terhormat. Bersebab buku yang dinamai Skripsi, Tesis dan Disertasi Tulisan tulisan itu ibarat air mengalir. Tetes demi tetes bergabung menjadi satu, mangalir jauh mencari tempat terendah akhirnya bermuara dilautan. Itulah Buku. Sejatinya buku adalah kumpulan tulisan nan terserak. Selaiknya karya gemilang, olah pikir perlu diselamatkan menjadi kitab. Kalimat-kalimat yeng mengalir secara tak langsung tersirat makna menyadarkan kita semua bahwa kita sebenarnya telah menulis membuat buku, hanya saja kita tidak menyadarinya. Ungkapan yang terucap di atas juga mengandung makna memotivasi dan membujuk pembaca  untuk selalu menulis. Kata-kata beliau adalah bukti kita mampu membuat buku. Tinggal bagaimana kita mengasah dan berlatih menulis secara terus menerus.

Dalam materinya beliau juga menyampaikan kepada kita, bahwa semua orang bisa dan mampu menulis  hal itu dapat dilihat dari keseharian kita yaitu ketika kita bisa berbicara maka otomatis kita bisa menulis karena menulis sesungguhnya merupakan pekerjaan atau aktivitas pemindahan apa yang terucap atau apa yang disampaikan ke dalam sebuah kertas dengan menggunakan alat bantu menulis. Hanya saja proses penerapannya membutuhkan pembiasaan. Jikalau sehari kita mampu mengucapkan ratusan kata, jika kita  tuliskan kata-kata tersebut maka akan menjadi sebuah cerita, cerita nyata atau true story. Atau jikalau kita sedang bersedih kita tuangkan alasan kita ke dalam bentuk tulisan maka akan menjadi cerita. Cerita untuk kita sendiri.  Paling tidak dengan bercerita, hati menjadi nyaman dan tenang. Tuangkanlah segala kemarahan, kebencian, dan juga kegembiraan ke dalam tulisan, tanpa sengaja kita sudah membuat cerita atau tulisan.

Dalam menulis kita akan menjumpai beragam macam kategori tulisan atau artikel diantaranya adalah; 1) Artikel Deskriptif yaitu kegiatan melukiskan atau menggambarkan pertanyaan yang berkaitan dengan what, who, why, when, where (5 W) dan how (1 H). 2) Artikel Eksplanatif yaitu artikel atau tulisan yang ditulis dengan mengikuti standar-standar penulisan ilmiah biasanya data dikumpulkan melalui penelitian dengan mengikuti tahap-tahap ilmiah. Di dalamnya terdapat penjelasan secara rinci tentang apa yang diteliti sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dan objektif. Bentuk tulisannya seperti karya ilmiah (Skripsi/Tesis/Disertasi/jurnal) dan opini (Ipoleksosbudhankam). 3) Fiksi yaitu menuangkan atau menulis cerita sebebas mungkin menurut isi pikiran penulis dimana di dalamnya mengandung unsur seni. Fiksi bisa berbentuk puisi, novel, cerbung, cerpen,dan pantun.

Selanjutnya dalam menulis, kita perlu memiliki atau menguasai strategi tertentu supaya apa yang dituliskan bisa sinkron atau selesai saat itu. Salah satu metode yang dimaksud adalah metode sekali duduk jadi. Apa maksud metode tersebut? Metode sekali duduk jadi maksudnya adalah ketika kita sedang menulis, jangan sekali-kali meninggalkan tulisan yang kita tulis untuk menghindari hilangnya ide-ide yang telah tercipta saat itu sehingga tulisan tidak tuntas. Kemudian abaikan kesalahan ketikan atau kesalahan dalam menulis atau mengetik kata, biarkan kesalahan tersebut ada ditulisan karena kesalahan itu bisa diperbaiki ketika kita meriview, merevisi dan mengedit tulisan. Selanjutnya ketika blank atau pikiran kosong, tinggalkan paragraf tersebut dan buatlah paragraf baru dengan ide baru tapi masih nyambung dengan tema yang ditulis. Berikutnya baca berulang ulang tulisan yang telah ditulis untuk memastikan tulisan tersebut benar-benar sudah bagus dan baik saat proses editing. Sebagai penulis  pemula sebaiknya membuat kalimat pendek seperti dalam satu kalimat terdiri dari 9 kata dan paragraf yang dihasilkan cukup   5 paragraf saja. Gunakan bahasa bicara/ tutur kata seperti saat kita berbicara sehingga mudah dimengerti atau dipahami. Kemudian kalimat atau paragraf yang  dihasilkan mesti runtut dan tidak kacau. Yang terakhir posting tulisan di media sosial. Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, moga saja tulisan yang dibuat menarik dan dapat dinikmati oleh pembaca.

Coba cermati apa yang beliau katakan diawal karir menulis beliau, “19 Agustus 2010 saya mulai menulis di media sosial kompasiana.com. Terbata bata, berkeringat, resah gelisah, kuatir.” Tenyata beliau juga merasakan hal yang sama seperti kita saat ini, hanya saja beliau berlatih terus menerus dan merasa tertantang untuk terus menulis membawa beliau pada kesuksesan dalam menulis. Pertanyaannya adalah apakah kita sanggup seperti itu? Mengalami proses naik turun, kadang menulis lancar dan tetiba ide hilang membuat kita berhenti menulis. Tapi kalau kita siap dengan segala rintangan yang ditemui maka kita akan mengikuti jejak beliau.   

Penyampaian materi satu ke materi lain mampu menghipnotis  saya, beliau menggunakan pilihan kata yang jarang digunakan oleh orang lain seperti kata berikut keajaiban 3 Rahasia Dunia Jurnalistik. Apa saja rahasia yang dimaksud? 1) Ternyata setiap tulisan itu memiliki Roh. Roh dalam artian tulisan hidup dengan syarat karya ketik di syiarkan ke media sosial. Ketika Tulisan dibaca apalagi diberi komentar (terlepas tanggapan baik atau mencemooh) maka anda sudah berhasil menjadi penulis non buku harian. 2) Biarlah tulisanmu itu membela dirinya sendiri. Biarlah bukumu itu mengikuti takdirnya ( Buya Hamka) Buku Bukan Orang Terkenal sampai ke Pak Prabowo Subianto. Terbit Buku Prabowo Presidenku 3) Surprie tak terduga . Mendapat kesempatan bicara di depan Presiden Jokowi. Tiap-tiap kata yang dipilih benar-benar indah. Saya merasa tulisan beliau benar-benar bernyawa dan memiliki roh.  Apalagi kalimat –kalimat berikut membuat saya termotivasi untuk terus menulis. “Tulisan tulisan itu ibarat air mengalir .  Tetes demi tetes bergabung menjadi satu, mangalir jauh mencari tempat terendah akhirnya bermuara di lautan.  Itulah Buku. Sejatinya buku adalah kumpulan tulisan nan terserak. Selaiknya karya gemilang, olah pikir  perlu diselamatkan menjadi kitab.” Luar biasa sekali.

Hal lainnya yang tak kalah menarik adalah ketika beliau menyampaikan dan berbagi bagaimana caranya bisa menerbitkan buku secara gratis di Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Pertama Penulis telah memiliki Naskah Buku. Kedua Penulis aktif posting tulisan di website YPTD terbitkanbukugratis.id setelah terkumpul 40 artikel maka buku akan diterbitkan. Terakhir YPTD menerbitkan buku ontologi berupa kumpulan tulisan yang di posting dalam 1 bulan. Siapa  yang tidak senang mendapatkan informasi seperti itu? Saya senang dan bahagia sekali mendapat informasi langsung dari beliau sehingga angan-angan memiliki buku selama ini segera diwujudkan dalam waktu dekat. Tiada lagi yang namanya menulis itu susah, yang susah adalah memulai untuk menulis.

Perkuliahan hari ini benar-benar menarik dan berjalan begitu cepat, tiada terasa kami sampai pada sesi terakhir yaitu tanya jawab. Semua pertanyaan dijawab dengan lancar oleh beliau. Saya sangat puas dengan jawaban yang diberikan tentang pertanyaan saya, bagaimana caranya membuat tulisan kita memiliki roh, sehingga menarik untuk dibaca? Dengan lancar beliau menjawab,”Waduh sampai merinding seru juga neh pertanyaan tentang ROH. Setiap tulisan itu ada yang memiliki roh dan ada juga yang tidak bernyawa.   Buku Harian yang sifatnya sangat rahasia tidak memiliki Roh, karena ditulis sendiri, dibaca sambil menangis atau ketawa sendiri.   Sebaliknya tulisan itu memiliki Roh ketika karya kita di share / kirim ke media sosial.  Seketika Tulisan memiliki Roh ketika dibaca khalayak.  Apalagi ketika karya itu di beri komentar, maka tulisan itu bernyawa. Jangan pernah ragu mengirim tulisan ke media sosial ketika niat menulis untuk berbagi kebaikan untuk kemaslahatan umat. Pembaca merasakan  "sesuatu" dari posting kita maka serta merta kebahagian  dan kepuasan in material  menjadi milik anda .  Tulislah yang bermanfaat, upayakan tidak mem produksi Hoaks agar aman negeri ini.  Salam Literasi.” Jadi, kalaulah menulis hanya sekedar menulis tak berarti banyak bagi penulis akan tetapi jikalau tulisannya dibagikan ke khalayak ramai maka tulisan akan memiliki roh. Tulisan tersebut akan dibaca orang banyak. Tulisan tersebut akan ditanggapi, dikomentari dan mungkin juga akan disanggah.

Saya juga sangat terkesan dengan kalimat closing beliau, “kita saling berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas Literasi Indonesia. Semoga perjumpaan ini memberikan manfaat bagi kita semua.  Sesuai dengan komitment YPTD membantu penulis menerbitkan buku perdana ber ISBN tanpa biaya kami tunggu Bapak Ibu Guru untuk memperoleh Mahkota seorang Penulis.  Buku adalah keabadian bukti tak terbantahkan bahwa seorang anak manusia pernah hadir di muka bumi Ini.  Buku memiliki durasi terlama bahkan sampai hari kiamat dibanding usia manusia.” Benar-benar menawan kalimat beliau. Aku terpukau dan termotivasi untuk senantiasa belajar, berlatih dan terus menulis. Karena keberhasilan dan kesuksesan dalam menulis akan tercapai kalau terus lakukan. Mari jadikan menulis is habit dan menulislah sepanjang hayat. 

Tanggal pertemuan: 21/04/2021

Resume ke: 8

Tema: Buku Mahkota Penulis, Buku Mutiara Tulisan

Narasumber:  Thamrin Dahlan, SKM, M.Si

Gelombang: 18

Pangkalpinang Okmi032021

 

Senin, 19 April 2021

Kabar Gembira; Menerbitkan buku Semakin Mudah di Penerbit Indie

"Knowing is not enough; we must apply. Willing is not enough; we must do."

Johann Wolfgang von Goethe

Ingin menjadi hebat dan sukses? Lakukan apa yang harus dilakukan tanpa menyingkirkan atau menyakiti orang lain. Lakukan yang diinginkan sepenuh hati dan capailah yang dicita-citakan dengan usaha yang sungguh-sugguh. Belajarlah agar menjadi pintar tapi tidak cukup hanya sekedar belajar. Aplikasikan apa yang telah didapat agar ilmu menjadi lebih bermakna. Berharaplah setinggi langit tapi  wujudkan harapan itu dengan kerja keras, tekad yang kuat dan motivasi diri yang tinggi. Dengan segala usaha yang sifatnya positif akan mengangkat derajat diri kita pada waktunya karena perjalanan hidup tiap-tiap orang berbeda; ada yang tanpa berusaha hidup nya sukses, ada yang mati-matian berusaha hasilnya nihil, dan bahkan orang yang tidak dianggap sama sekali suatu waktu bisa membungkam mulut orang lain. Itulah hidup... tidak bisa di sangka-sangka.

Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd  adalah  seorang guru SD di Jakarta. Lahir di Jakarta, 30 Juni 1992. Sebagai bukti kepiawaian beliau dalam berliterasi telah terbit  puluhan tulisannya di berbagai media cetak. Sebagian besar dimuat di  Tabloid Bola, Harian Bola, Tabloid Soccer. Ada juga yang dimuat di Harian Kompas, Kedaulatan Rakyat, Warta Kota, Media Indonesia, dan Majalah Hidup. Selain menulis di media cetak, tulisannya juga tertuang dalam berbagai media online dan juga karya buku, baik buku solo maupun buku antologi. Semoga karya-karya beliau bisa memberikan inspirasi dan motivasi buat kami semua.

Perkuliahan hari ini tepatnya ramadhan ke-7 mempertemukan kami dengan seorang guru, blogger, penerbit dan juga seorang yang sangat inspiratif sekali, yang dipandu oleh pak Sucipto.  Sebelum menyampaikan materi, beliau memberikan sedikit motivasi tentang pengalaman beliau selama mengikuti kelas belajar. Pria jebolan belajar menulis gelombang 4 (Maret 2020) sudah mersakan manfaat dari pelatihan belajar menulis ini.  Beliau sudah merasakan enaknya menulis dan kecanduan menerbitkan buku.  Peserta pelatihan menulis gelombang 18 ini dikatakan sangat beruntung karena banyak materi yang akan dipresentasikan tidak terdapat di gelombang sebelumnya. Salah satu materi yang tidak diangkat waktu itu adalah materi yang akan dibahas hari ini yang bertemakan “Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie". Mengapa menerbitkan buku dikatakan semakin mudah? Karena salah satu penerbit  melayani penerbitan buku tanpa seleksi dan penerbitannya mudah serta cepat,  penerbit yang dimaksud adalah penerbit indie.

Dengan adanya gambaran seperti itu, membuat kami, penulis pemula makin semangat untuk menulis dan memoles tulisan kami sehingga tulisan kami  bisa segera diterbitkan.  Beliau juga mengatakan bahwa penerbit indie juga membawa berkah untuk buku-buku beliau. Beliau sangat berterima kasih kepada penerbit indie karena telah membantu proses penerbitan buku beliau. Memang  kalau di penerbit indie, kita perlu keluar biaya untuk mendapat fasilitas pra cetak penerbitan tapi itu memang konsekuensi dari penerbitan tanpa seleksi, sehingga biaya penerbitan menjadi tanggung jawab penulis untuk mendapat fasilitas penerbitan yang memuaskan. Pernah di tahun 2014 ketika beliau sudah memiliki tulisan tapi belum bisa dibukukan karena ada kendala biaya penerbitan saat itu membuat semangat beliau down, namun itu tidak berlangsung lama karena tahun 2019 beliau kembali bangkit dan kemudian tahun 2020 berkat kerjasama dengan penerbit indie beliau akhirnya bisa menerbitkan berbagai macam buku. Pengalaman beliau membangkitkan gairah menulis bagi kami untuk terus  berkarya dan menghasilkan buku.

Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada semua tim yang terlibat dalam  pelatihan belajar menulis ini, yang telah bersedia meluangkan tenaga, waktu, dan ilmu yang bermanfaat buat kami. Semoga amal bapak ibu semua menjadi catatan penting buat akhirat nanti. Aamiin.  Selanjutnya kami dimotivasi untuk dapat menyelesaikan tugas akhir yaitu membuat buku solo dari resume yang kami buat setiap pertemuan. Kami diberikan hak sepenuhnya untuk memilih penerbit yang akan dipercayai untuk menerbitkan buku kami. Banyak penerbit yang telah diperkenalkan kepada kami, jadi kami bebas memilih penerbit mana saja, karena  tiap penerbit memiliki penawaran dan ketentuan yang berbeda-beda. Salah satu penerbit yang di rekomendasikan adalah penerbit rekanan beliau yaitu penerbit Gemala. Mengapa di penerbit Gemala? karena dengan harga terjangkau sebuah naskah bisa diterbitkan. 

Bagaimana proses menerbitkan buku di Gemala? 1) PDF master bisa diminta tapi akan ada watermarknya. Sehingga jika ingin cetak ulang, harus di penerbit gemala minimal 10 buku.  2) Jangan memberi target kapan harus selesai karena naskah harus mengantri untuk diproses. Minimal prosesnya 1 bulan sejak biaya penerbitan di transfer. 3) maksimal 130 hal A5. Lebih dari itu ada biaya tambahan per halaman. 4) Sertakan dalam naskah; cover ( judul buku dan nama penulis saja), kata pengantar,  daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis dan sinopsis.

Sebelum mengirimkan naskah ke penerbit, ada baiknya naskah dibaca berulang ulang untuk melakukan review, revisi bahkan mengedit naskah secara pribadi karena tidak semua penerbit menyediakan layanan editor. Bagaimanakah mengedit naskah secara pribadi? Hal yang bisa dilakukan dalam mengedit naskah adalah; a) Jangan menggunakan singkatan dalam menulis kata, kemudian hati-hati dalam pengetikan. B) Jangan sampai ada huruf yang salah atau tertinggal. c) Tiap-tiap paragraf sebaiknya tidak usah berisi terlalu banyak kalimat. d) Biasakan membuat kalimat-kalimat pendek yang efektif dan e) Setiap bab baru selalu dimulai di halaman baru. Jangan digabung dengan bab sebelumnya.

Tiada terasa satu jam berlalu dengan cepat sehingga pemateri harus mengakhiri materinya. Materi yang disampaikan hari ini benar-benar membuat peserta makin termotivasi untuk menyelesaikan resumenya dan mengumpulkan resume terpilih untuk dibuat naskah menjadi buku. Berikutnya adalah sesi tanya jawab. Saya sangat terkesan dengan salah satu pertanyaan peserta, “Di Penerbit Gemala, apakah sudah terdaftar di IKAPI? Apakah buku yang dicetak bisa dibonuskan untuk  Perpusnas? Jawaban yang diberikan sangat memuaskan karena langsung disertakan  dengan bukti. Pak Brian menjawab, “sudah terdaftar dengan nama Keira Publishing, karena Gemala merupakan anak perusahaan dari Keira Publishing. Iya tentu saja 2 eksemplar dikirim ke perpusnas dan 1 eksemplar ke perpusda Depok (Penerbit Gemala lokasinya di Depok). Penjelasan beliau menambah catatan tersendiri buat kami dalam memilih penerbit nantinya. Diakhir pertemuan beliau mengingatkan kami bahwa pelatihan ini merupakan salah satu cara untuk bisa menerbitkan buku, maka belajarlah semaksimal mungkin, jangan menyia-yiakan kesempatan yang hanya datang satu kali. Menerbitkan buku ibarat belanja online. Pesan apa yang dibeli, transfer nominalnya tunggu lebih kurang satu bulan, buku terbit dan dikirim ke penulis. Jadi, Wujudkanlah mimpi-mimpi kosong menjadi mimpi nyata dengan terus berlatih menulis. Menulislah sampai menulis menjadi makanan sehari-hari, tanpa menulis hidup serasa ada yang kurang, maka jadikan menulis is habit dan menulislah sepanjang hayat.

 Tanggal pertemuan: 19/04/2021

Resume ke: 7

Tema: Menerbitkan buku Semakin Mudah di Penerbit Indie

Narasumber: Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd

Gelombang: 18

Pangkalpinang Okmi032021

 

 

Sabtu, 17 April 2021

Asa Menulis Resume Menjadi Buku




“Tidak ada yang akan berhasil kecuali kau melakukannya.”

Maya Angelou

Mulailah hidupmu dengan mimpi tapi jangan harap mimpimu terwujud kalau tidak berusaha. Hampir semua orang mempunyai impian untuk sukses dalam kehidupan; sukses dalam berkarir, sukses dalam keluarga, sukses menjadi pemimpin, dan sebagainya. Kesuksesan bisa diraih apabila ada niat, ada usaha, dan ada keinginan untuk mewujudkannya. Kesuksesan akan didapat jikalau sungguh-sungguh. Mau setinggi apapun mimpi seseorang kalau tidak diwujudkan maka mimpi itu hanyalah mimpi kosong. Mau sekecil apapun mimpi seseorang kalau giat dan bersungguh-sungguh meraihnya mimpi itu akan menjadi mimpi nyata. Begitu pula hal nya dalam mengikuti belajar menulis gelombang 18, jika ingin mewujudkan sebuah buku, maka kerjakan semua tugas  resume. Praktekkan menulis setiap hari meskipun pengembangan idenya masih terbatas. Teruslah menulis sampai menulis menjadi kebiasaan baru dalam kehidupan. Kerjakan apa yang bisa dikerjakan hari ini dan jangan tunggu besok.

Pertemuan keenam kali ini, membuat saya terlambat mengerjakan resume. Hal ini disebabkan hari Jumat tersebut daerah domisili saya mengalam cuaca sagat buruk. Hujan lebat disertai petir yang menyambar tiada henti. Sehingga saya melewatkan kuliah dengan bu Aam. Padahal materi yang akan dibahas sangat penting dan menarik bagi saya sebagai penulis pemula. Saya sangat surprise ketika melihat flyer yang dishare di grup WA. Di sana terlihat wajah bu Aam bersama Bunda Kanjeng. Ini adalah flyer kedua buat kebersamaan mereka hanya posisinya yang berbeda. Jika di flyer pertama Narasumbernya Bunda Kanjeng maka di flyer kedua Bu Aam Narasumbernya. Melihat hal tersebut serasa menyaksikan ada interaksi yang intens di antara kedua penulis hebat tersebut.

Seperti biasa sebelum kelas dimulai, kelas akan dibuka terlebih dahulu. Kebetulan sekali yang terlibat dalam perkuliahan hari ini adalah tiga sosok inspiratif dalam menulis mereka adalah Omjay,bunda Kanjeng dan bu Aam. Omjay mendapat kesempatan pertama kali untuk membuka kelas, kemudian dilanjutkan oleh ibu Kanjeng untuk memandu jalannya perkuliahan hari ini. Setelah bertegur sapa sebentar, akhirnya bunda Kanjeng mempersilahkan bu Aam memasuki kelas dan mulai menyampaikan materi. Adapun tema dalam pertemuan keenam adalah  Menulis Resume untuk Menjadi Buku. Materi ini adalah materi penting dan wajib dipahami karena tugas kami sebagai peserta adalah membuat resume setiap habis pertemuan belajar. Dengan adanya materi yang akan disampaikan oleh bu  Aam, mempermudah kami untuk menulis resume sesuai dengan alurnya.

Bu Aam memulai perkuliahan diawali dengan sebuah pepatah terkenal  Tak Sayang Maka Tak Rindu. Makna pepatah tersebut adalah agar terjalinnya hubungan timbal balik antara Narasumber dengan peserta didik maka harus saling mengenal satu sama lain di dalam kelas. Untuk mengenal siapa sosok bu Aam sebernya, kami diberi kesempatan untuk berselancar di blog nya bu Aam. Aam Nurhasanah adalah adalah nama lengkapnya. Lahir di Cipanas pada 12 Agutus 1988. Profesi beliau adalah seorang Kepala Sekolah di SMPS Matlaul Hidayah Cipanas dengan berlatar belakang pendidikan sebagai guru bahasa Indonesia telah mengantarkan beliau meraih berbagai macam karya khususnya dalam dunia literasi. Beliau telah menghasilkan 15 buku antara lain buku antologi ”Semangat Menulis Bersama Bu Kanjeng” Juli 2020. Buku Solo “Mengukir Mimpi Jadi Penulis Hebat” Agustus 2020. Buku kolaborasi Prof. Richardus Eko Indrajit judulnya “Parenting 4.0: Mengenal Pribadi dan Potensi Anak Generasi Milenial Multiple Intelligence” September 2020. Buku antologi “Kisah Inspiratif Sang Guru” Oktober 2020,”Kompilasi Artikel YPTD” November 2020,  “Jejak Digital Motivator Andal” Desember 2020, “Patidusa Pujangga Wiyata” Desember 2020, buku solo kedua “Kunci Sukses Menjadi Moderator Online” Desember 2020, “Kompilasi YPTD Lima” Januari 2021,  “The Power of Silaturahmi in Wriring” Februari 2021,  antologi kepala sekolah Wilayah Bina III SMP Kabupaten Lebak  berjudul “Jejak langkah Mengukir Prestasi” Februari 2021, antologi puisi “Semai Sukma Ksatria” Februari 2021, Buku Solo ketiga juara 1 lomba blog tingkat nasional berjudul “Blogger Inspiratif” Maret 2021 dan buku antologi “Haru Biru Hijrah Meraih Berkah” Maret 2021, dan antologi puisi "Makk!!!" April 2021. Wow... Menakjubkan sekali. Semoga kami bisa mengikuti jejaknya bu Aam.

Setelah diberi kesempatan mengenal bu Aam lebih dekat, selanjutnya bu Aam menyampaikan pentingnya tema yang diangkat hari ini. Alasan pemilihan tema “Menulis Resume untuk Menjadi Buku” karena menulis resume adalah salah satu jalan yang paling mudah untuk menerbitkan buku. Menit berikutnya, bu Aam menyampaikan materi dalam bentuk power point dengan topik teknik membuat resume menjadi buku. Sebelum menjelaskan ketujuh teknik tersebut, bu Aam terlebih dahulu menjelaskan tentang pengertian resume. Menurut KBBI resume  adalah rangkuman atau ringkasan. Jadi dengan kata lain resume adalah menyajikan sebuah topik/ materi dengan menggunakan bahasa sendiri sebagai bukti kita mengikuti perkuliahan sesua jadwal yang telah ditetapkan.

Ada tujuh teknik  dalam menulis resume menjadi sebuah buku, ketujuh teknik tersebut adalah sebagai berikut;

  1. Mengumpulkan resume dalam file word. Informasi yang benar-benar bermanfaat buat saya secara pribadi. Biasanya saya membuat resume langsung menuliskannya di blok, jadi saya tidak menyimpan file wordnya sama sekali. Dengan adanya teknik ini saya harus menulis di word terlebih dahulu baru memindahkan tulisan di blog pribadi.
  2. Menentukan tema. Setelah terkumpulnya resume, langkah selanjutnya adalah menentukan tema yang menarik dan cocokuntuk semua resume.
  3. Membuat TOC (TABLE OF CONTENT)/ Daftar isi. Table of content merupakan gambaran atau panduan untuk melihat isi buku yang akan ditulis. TOC terdiri dari; Kata sambutan, kata pengantar, prakata, daftar isi, bab 1 misalkan temanya kelas belajar menulis. Berikutnya jelaskan sub temanya seperti; Motivasi menulis, mengapa harus menulis, Mengatasi kesulitan menulis. Bab 2 misalkan temanya  Narasumber-narasumber hebat. Maka sub bab nya ditulis secara rinci siapa saja narasumber yang dimaksud. Misalkan 2.1 Wijaya Kusumah, M.Pd. 2.2 Dra. Sri Sugiasti, M.Pd. dst.  Bab 3 misalkan temanya  menerbitkan buku bersama penerbit mayor. Maka sub temanya seperti; Dunia penerbitan, Proses menerbitkan buku, Writing preneurship, Ekosistem Industri buku, Proses pengiriman buku ke penerbit, Gaya selingkung, dan strategi pemasaran buku. Bab yang terakhir adalah  profil penulis.
  4. Mulai mengembangkan TOC.  Langkah selanjutnya adalah mengembangkan semua bab yang ada pada daftar isi.
  5. Review, revisi, dan edit naskah. Untuk memastikan sudah bagus atau tidaknya tulisan maka tulisan tersebut mesti direview, direvisi, dan diedit. Pastikan terlebih dahulu, apakah penerbit yang akan dituju memiliki tim editor atau tidak. Kalau tidak maka harus mencari editor lain yang akan membantu mengedit naskah.
  6. Lengkapi Sinopsis buku. Kemudian baru melengkapi sinopsis buku yang berisikan gambaran umum atau ribgkasan singkat isi buku yang ditulis.
  7. Kirim ke Penerbit. Setelah mengikuti semua prosedur di atas dan tulisan dianggap sudah bagus langkah selanjutnya adalah mengirimkan tulisan ke Penerbit.

Teknik menulis resume tersebut harus benar-benar dipahami oleh peserta belajar menulis gelombang 18 untuk bisa menghasilkan buku yang bagus dan menarik untuk dibaca. Selanjutnya ada berbagai hal yang harus kita perhatikan dalam mengubah resume menjadi buku diantaranya: (a) Buku kumpulan resume dipersepsikan sebagai buku true story. Jadi yang diutamakan adalah cerita pengalaman mengikuti setiap pertemuan. Kalau cerita pengalaman  berarti ada kesan-kesan, pendapat pribadi terhadap materi narasumber, dihubungkan dengan pengalaman kita sendiri. (b) Ada satu bab khusus yang membahas awal suka menulis dan pandangan terhadap menulis. Contoh pandangan terhadap menulis:sebelumnya mengira menulis sulit karena mentok nggak ada ide. Setelah ikut pelatihan tercerahkan bahwa jangan nunggu ide, tapi ciptakan ide. (c) Naskah buku resume isinya bukan sekedar copas materi dari narasumber.Yang namanya resume berarti ambil poin-poin penting saja. (d) Resume di blog boleh panjang. Karena ada peserta yang menganggap hampir seluruh isi materi itu penting. Tapi ketika akan dijadikan naskah buku, harus dibuat lebih ringkas lagi dengan lebih memilih poin-poin penting. (e) Apa saja yang diringkas? (1) Biodata narsum tidak usah panjang-panjang. Misalnya prestasinya banyak, ambil satu prestasi aja yang paling "Wah.“ (2) Sesi tanya jawab diambil beberapa saja. Daftar pustaka dibuat jika memang ada mengutip dari buku.Kalau isinya full hanya dari narasumber saja, tidak usah.

Makin kesini makin menarik materinya. Tinggal memahami secara mendalam apa yang mesti dilakukan baik pada saat menulis resume maupun ketika mau membukukan resumenya. Untuk mencapai target akhir dari belajar menulis ini adalah dengan menghilangkan rasa malu terhadap tulisan yang dihasilkan. Menulislah terus menulis hingga menulis menjadi sebuah kebutuhan sehari-hari. Tanpa menulis dunia seolah-olah kosong. Tuliskan ide-ide yang muncul sebanyak mungkin. Biarkan ide tersebut terurai dengan lancar. Setelah selesai baru naskahnya diedit, direvisi dan direview kembali sehingga tulisan yang dihasilkan benar-benar luar biasa. Penuturan dan penjelasan bu Aam dalam kuliah kali ini benar-benar membuat peserta belajar menulis makin termotivasi dalam menyelesaikan resumenya. Mesti masih harus banyak belajar, yang terpenting sudah ada gambaran dan kejelasan langkah-langkah yang harus dilakukan ke depannya untuk menerbitkan sebuah buku.

Tak terasa, waktu makin bergulir dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Seperti biasa, semua pertanyaan dijawab oleh narasumber dengan sangat memuaskan. Saya terkesan dengan salah satu pertanyaan peserta, “Resume adalah ringkasan. Materi yang  ada disetiap pertemuan itu sudah padat. jadi untuk  meringkas saya merasa kesulitan karena akan mengurangi kelengkapan dari materi. Tapi kalau diminta mengembangkan saya rasa perlu teknik khusus lagi. Takutnya nanti kalau ditambah-tambah akan menimbulkan persepsi yang beragam pula. Bagaimana cara mengatasi kesulitan saya buk?” Dengan lancar bu Aam memberikan jawabannya,”Terima kasih  atas pertanyaannya.  Mengembangkan tulisan di sini, bisa dikatakan membumbui dengan sedikit pengalaman pribadi kita saat menulis. Bisa juga menambahkan beberapa referensi tulisan dari sumber lain. Jadi bukunya terkesan hidup. Saya menulis resume dengan gaya cerita. Jd pengalaman saat menulis resume saya ceritakan di situ. Misal kegagalan dalam menulis, inspirasi menulis, dll.

Sangat mengesankan sekali materi perkuliahan hari ini. Saya yang selama ini sering bermimpi ingin bisa menulis akhirnya bisa mulai menulis lewat grup belajar menulis gelombang 18. Semoga saja mimpi saya untuk menghasilkan buku terwujud setelah mengikuti perkuliahan ini. Dan semoga saja kemampuan menulisku makin meningkat dari waktu ke waktu. Mari jadikan menulis is habit dan menulislah sepanjang hayat.   

Tanggal pertemuan: 16/04/2021

Resume ke: 6

Tema: Menulis Resume Untuk Jadi Buku

Narasumber: Aam Nurhasanah, S.Pd. 

Gelombang: 18

Pangkalpinang Okmi032021

 

Rabu, 14 April 2021

Ada Apa Dengan Penerbit Indie?

 

"Kamu tidak perlu menjadi luar biasa untuk memulai, tapi kamu harus memulai untuk menjadi luar biasa." - Zig Ziglar

Pertemuan kedua di suasana siang hari belajar menulis gelombang 18 bertepatan pula puasa kedua di bulan Suci Ramadhan, saya mulai dengan kata bijak dari Zig Ziglar, “Kamu tidak perlu menjadi luarbiasa untuk memulai, tapi kamu harus memula untuk menjadi luar biasa”. Penggalan kata bijak tersebut mengingatkan saya pada perkuliahan belajar menulis di empat pertemuan sebelumnya yang menyatakan bahwa mulailah menulis dari diri kita, carilah ide di sekitar kita yang dianggap mudah, menulis... menulis... dan terus menulis, jangan takut tulisan yang dihasilkan jelek, berlatihlah sampai terbiasa yang akhirnya menjadi luar biasa. Agar tulisan luar biasa jangan lupa untuk membaca karena membaca adalah gudang ilmu.

Perkuliahan pertemuan kelima kali ini membuat saya harus ekstra hati-hati dalam menulis jikalau tidak terlalu banyak pengeditan ketika semua resume mau dijadikan buku. Cukup dengan berlatih menulis setiap hari agar menulis menjadi lancar nantinya. Apapun hasilnya nanti, yang penting niat untuk belajar menulis sudah tumbuh tinggal bagaimana memotivasi diri agar tetap konsisten sehingga menulis benar-benar menjadi makanan tiap hari. Tiada hari tanpa menulis.

Perkuliahan kali ini dibuka oleh seorang wanita inspiratif  bunda Kanjeng dan  dipandu oleh seorang pria ramah Mr. Bams. Seperti biasa perkuliahan dimulai setelah Bunda kanjeng mempersilahkan Mr. Bams untuk mempersilahkan narasumber masuk kelas.  Narasumber pertemuan kelima siang ini adalah Bapak  Mukminin, S.Pd., M.Pd  yang dikenal dengan Cak Inin. Beliau adalah salah satu pengajar di SMP I Kedungpring Lamongan. Pengabdian beliau lebih kurang 31 tahun membuat beliau sangat dihormati dan dikagumi. Pria kelahiran Jombang 6 Juli 1965 merupakan sosok yang sangat inspiratif. Perjalanan pendidikannya dimulai dari  D2  IKIP NEGERI Surabaya pada tahun 1987. Kemudian melanjutkan ke jenjang  S-1  di IKIP PGRI Tuban tahun 1998. Tidak berhenti di situ, pria yang haus akan ilmu pengetahuan kemudian melanjutkan studi ke pasca sarjana  UNISDA LAMONGAN tahun 2012 dengan program studi  Bahasa dan Sastra  Indonesia. Tema yang akan diusung siang ini adalah “Penerbit Indie”  sama halnya dengan beliau yang merupakan seorang Penerbit Indie dimana percetakannya  di labeli Kamila PRESS Lamongan. Selain penerbit, beliau juga seorang penulis.  Contoh karya beliau adalah;


Cak Inin memulai kelas dengan menyapa semua peserta kemudian dilanjutkan dengan kalimat inspirasi dan motivasi. Kehadiran beliau benar-benar ditunggu karena muara akhir dari mengikuti kuliah ini adalah menerbitkan buku. Melalui beliaulah kami akan tahu bagaimana proses pembuatan buku sampai ke penerbitan buku. Beliau menyampaikan tahap-tahap dalam  menulis dan memerbitkan buku. Tahap-tahap yang dimaksud adalah: (1) Pra writing. Tahap ini kita diminta mencari ide dari tema yang diusung. Ide bisa datang darimana saja; pengalaman, hasil membaca buku, majalah, koran, atau kejadian  yang sedang berlangsung. Cerita yang akan ditulis boleh berbentuk fiksi ataupun nonfiksi. (2) drafting atau outline.  Tahap ini kita diminta untuk membuat outline atau garis besar dari isi buku yang akan ditulis dan kemudian dikembangkan menjadi buku. (3) Writing.  Tahap ini kita diminta untuk mulai menulis mengembangkan kerangka atau garis besar  dari isi buku yang telah dibuat sebelumnya untuk dijadikan naskah yang baik dan lengkap. Agar tercapainya tujuan tersebut, diperlukan sentuhan dan kreativitas seperti kemampuan merangkai kata, kemampuan menggunakan majas, maupun kemampuan berekspresi sehingga tercipta tulisan yang menarik dan enak dibaca.  (4) Revisi dan  Editing. Revisi artinya mengoreksi kekurangan dari  sebuah tulisan, apakah tulisan tersebut sudah sesuai dengan alur, atau masih melebar kemana-mana. Kemudian kekurangan yang ditemui direvisi dengan menambahkan atau mengubah tulisannya dengan menambahkan data baru atau membuang opini tertentu. Tujuan akhir dari revisi adalah pemolesan tulisan atau karya sehingga menjadi semakin menarik. Selanjutnya Editing. Tahap ini kita diharuskan untuk memperbaiki berbagai kesalahan seperti  tanda baca, kesalahan pola kalimat, dan berbagai kesalahan tata bahasa lainnya. Proses pengeditan ini dilakukan oleh penulis sendiri kemudian setelah dikirimkan baru diedit oleh editor.  Proses pengeditan sendiri disebut Swasunting. (5) publikasi. Tahap ini adalah tahap dimana keyakinan kita terhadap naskah buku sudah bagus maka selanjutnya masuk ke tahap publikasi yaitu meneruskan naskah kita ke penerbit.

Selanjutnya, Cak Inin memperkenalkan dua penerbit yang bisa membantu kita dalam menerbitkan buku atau naskah yang sudah kita tulis. Beliau menyebutkan ada dua penerbit yaitu penerbit Indie dan Penerbit Mayor. Apakah kedua penerbit tersebut sama? Mari kita simak penjelasan keduanya;

Penerbit Mayor

Penerbit Indie

Buku dicetak secara massal

Dicetak secara berkala

Harus melewati beberapa tahap sebelum diterbitkan

Tidak menolak naskah

Profesional didukung SDM yang besar jumlahnya

Profesional tapi SDM terbatas

Pemprosesan dan penerbitan naskah lama

Pemprosesan dan penerbitan naskah cepat

Royalti penulis 10% dari total penjualan

Royalti penulis 15-20% dari harga buku

Biaya penerbitan gratis

Biaya penerbitan berbayar


Sesuai dengan tema yang dibawakan, kemudian Cak Inim menjelaskan keeksisan penerbitnya di tahun 2020 dan 2021. Beliau juga menjelaskan secara detail bagaimana caranya agar naskah kita diterbitkan di penerbit indie, termasuk berapa biaya yang akan dikenakan untuk penerbitan naskah. Tak lupa Beliau juga  memberikan kabar gembira kepada semua peserta bahwa penerbit beliau siap membantu jikalau ingin buku diterbitkan di Kamila press Lamongan dan sebagai bonusnya akan diberikan penghargaan berupa sertifikat menerbitkan buku. Saya sendiri merasa tertantang untuk menyelesaikan kuliah ini sehingga bisa menerbitkan buku. Pemaparan materi siang ini benar-benar menarik perhatian saya terutama masalah penerbitan buku. Siapa yang tidak bangga jika telah berhasil membuat sebuah buku melalui proses penerbitan? Moga saja melalui grup belajar menulis ini,  mimpi memiliki buku terwujud dan pada akhirnya menulis  is habit dan menulislah sepanjang hayat. Diakhir pertemuan, Cak Inim meninggalkan jejak berupa kalimat memotivasi dan menginspirasi, “Tiada terlambat untuk menulis dan menerbitkan buku, kalau ingin umurmu panjang maka Menulislah berbagai buku, menulislah dan terbitkan buku utk niat berbagi ilmu, Manjadda wa jada.”

 

Tanggal pertemuan: 14/04/2021

Resume ke: 5

Tema: Penerbit Indie

Narasumber: Mukminin, S.Pd., M.Pd.

Gelombang: 18

 

Pangkalpinang

Okmi032021

 

 

Selasa, 13 April 2021

Tiga bocil

Menyaksikan kegembiraan dan kericuhan 3 bocil adalah santapan setiap hari. Lihatlah kehebohan yang diciptakan. Si Sulung menyanyi sambil teriak, si bungsu menangis mainan ditarik ayuknya, mak nya bingung setengah mati. Andai ku bisa menjadi robocar Poli atau Super Wing Akan Ku hibur mereka keliling angkasa. Kericuhan makin lengkap tatkala muncul 2 sepupu mereka. Lengkaplah personil drum band.

Kalau lagi akur, duuhhh, kayak orang dewasa. Pikiran dan jiwa tenang tapi kalau sudah rebutan main, pecahlah perang dunia ketiga. Tangisan, teriakan menjadi satu. Wajah mulai kusut, Mata membesar, dan suara Naik satu oktaf. Ujung-ujung nya usir pulang sepupu mereka.

Selang beberapa saat, muncul panggilan kembali, "Abang main yo!", "Kakak main yo!". Dengan tergesa-gesa berlari dan membuka pintu, untuk bergabung. Berselang 5 atau 10 menit, terdengar kembali tangisan. Hampir tiap hari kejadian seperti ini terjadi, bikin naik darah mak nya. Harus menjadi super sabar menghadapi keunikan mereka Yang nggak bisa diam, ada-ada saja yang dilakukan untuk memancing emosi mak nya. Satunya melukis dinding, satunya merobek buku, dan satunya bikin berantakan mainan. MasyaAllah, benar-benar kacau. Tapi itulah anak-anak penuh dengan ide. 

Lihatlah kejahilan mereka barusan, rebutan Yang punya mak, untuk melerainya, dapat pelukan dua-dua. Alhamdulillah. Tapi kalau Salah satu merajuk, jangan ditanya dan disapa, marahnya makin menjadi. Cara jitu memenangkan nya dengan pelukan dan gendongan.

Itulah sedikit gambaran dunianya anak-anak. Karena rasa ingin tahunya tinggi, menyebabkan mereka tak bisa berdiam diri.


 

Menu H-1 Puasa Ramadhan

 Bismillahirrohmaanirrohim.

Senin, 12 April 2021, tepatnya satu hari menjelang Puasa, rutinitas ku berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hampir tiap tahun untuk menyambut Bulan Ramadhan menu yang akan disajikan tidak Lepas dari rendang ataupun gulai daging. Tahun ini 180 derajat sangat berbeda. Bukan Karena masalah ekonomi ataupun masalah keuangan akan tetapi memang keinginan kita untuk menggantikan menu yang lain.  Jam menunjukkan pukul 2.40 dini hari. Suami membangunkan ku untuk memasak. Menu special menyambut sahur pertama adalah "Asam Padeh ikan Patin plus tahu". Banyak yang tidak menyukai ikan Patin, tapi tidak bagi keluarga besar ku. Pertama2 ku keluarkan ikan dan tahu dari kulkas. Kemudian ku siapkan cabe, bamer, baput, Jahe, kunyit, dan lengkuas secukupnya. Ketika menghaluskan semua bahan tidak lupa  menambahkan kemiri. Setelah halus baru dimasukkan ke panci sambil diaduk. Biarkan hingga mendidih. Masukkan ikan, biarkan mendidih kembali. Baru masukkan tahu. Biarkan sampai matang. Sebelum diangkat, masukkan tomat dan kemangi, kemudian diami sampai mendidih kembali baru masukkan garam dan penyedap. Lalu angkat.

Ada 2 hal yang terlewatkan yaitu daun kunyit dan serai.

Jam 3.40 dini hari, baru ku bangunkan suami dan anak untuk sahur. Sahur sambil menikmati Asam Padeh plus Rendang dan Dendeng dari tetangga TERCINTA. 

#menulisishabit,menulissepanjanghayat# 

#PangkalpinangOkmi032021#

Senin, 12 April 2021

Proses Karya Ilmiah Menjadi Buku?

Alhamdulillah,  tepatnya tanggal 12 April 2021 yang bertepatan dengan H-1 Ramadhan, pertemuan keempat kelas melajar menulis dibuka oleh Omjay, seperti biasa kehadiran beliau tidak lepas dari berbagi  motivasi dan inspirasinya. Tema perkuliahan siang ini adalah "Karya Ilmiah Menjadi Buku" yang akan disampaikan oleh ibu Noralia Purwa Yunita dari Semarang. Yang didampingi oleh bu Rita Wati dari Bali. Sebelum kelas dimulai, beliau memperkenalkan diri dengan mengirimkan Bio Data lengkap dan setelah membaca nya, saya langsung berdecak kagum. Benar-benar luar biasa seorang ibu Nora. Di usia yang masih begitu muda sudah memiliki segudang prestasi dan karya yang maha hebat. Karya yang dihasilkan antara lain;




Di awal kelas, peserta belajar menulis disuguhi dengan hasil tulisan beliau yang berjudul "Kiat Membukukan Laporan PTK". Kami diberi waktu untuk berselancar di dunia maya untuk memahami isi dari artikel tersebut. Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa karya ilmiah adalah laporan tertulis yang diterbitkan yang pembahasannya adalah hasil penelitian yang telah dilakukan oleh perorangan ataupun tim dengan mengikuti kaedah-kaedah keilmuan (Wikipedia). Contoh dari karya ilmiah seperti laporan hasil seminar/workshop, laporan makalah, artikel dsb. Skripsi, tesis dan disertasi yang dibuat berbentuk laporan juga dikatakan karya ilmiah. Begitu pula dengan segala bentuk hasil penelitian, jikalau dibuat dalam bentuk laporan maka juga disebut sebagai karya ilmiah. Laporan PTK / Jurnal adalah salah satu karya ilmiah yang bisa dibukukan. Saya baru tahu akan hal ini. Beruntung sekali bisa bergabung di kelas menulis ini. 

Apa manfaat karya ilmiah versi buku? Menurut bu Nora, manfaat karya ilmiah versi buku adalah; a.) Dapat dibaca oleh kalangan masyarakat. b) Adanya keuntungan material karena buku dapat dijualibelikan. 3) Dapat menambahkan point angka kredit dan syarat kenaikan pangkat tertentu bagi ASN guru. 4) Dapat menjadi terkenal apalagi buku yang ditulis berkualitas dan menarik. 5) Buku yang dihasilkan dapat dijadikan sumber ilmu dan  informasi bagi pembaca lainnya yang tidak akan usang dimakan waktu. 

Bagaimana  MENGUBAH KARYA ILMIAH VERSI BUKU? Yang harus dilakukan adalah pertama, mengubah JUDUL dengan memperhatikan  objek penelitian saja. Yang berkaitan  dengan materi, subjek, tempat penelitian sebaiknya dibuang saja. Contohnya, JUDUL TESIS ganti dengan JUDUL BUKU. Pengembangan modul berbasis riset pada materi reaksi redoks untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa kelas X SMA diganti dengan  kiat menulis modul berbasis riset. Kedua, mengubah DAFTAR ISI. Daftar isi karya ilmiah adalah; BAB 1 terdiri dari Pendahuluan berisikan tentang  latar belakang masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah, definisi operasional, rumusan masalah. BAB 2 landasan teori. Bab 3 metode penelitian bisa berupa rumus2 statistika. Bab 4 hasil dan pembahasan dan Bab 5 penutup berupa kesimpulan dan saran.

Langkah berikut yang harus diperhatikan ketika mengubahnya adalah dengan mengikuti pedoman 2W+1H yaitu dalam bab 1 dijelaskan mengapa penting, alasan,dan manfaat dari penggunaan media, metode, Strategi, atau model yang menjadi fokus penelitian. Sementara di bab 2 dibahas tentang apa-apa saja penjabaran teori dan landasan teori, yang bisa dijabarkan menjadi bab-bab dari versi karya ilmiah. Terakhir  bagaimana yang berisikan tentang  tahap pembuatan, bagaimana hasil pembuatan, dan bagaimana penerapannya. Dituliskan tanpa rumus statistika.

 Ketiga, mengubah  isi karya ilmiah.  Yang pertama harus dilakukan adalah mengembangkan  variabel bebas dari judul buku dengan menambahkan teori dan sumber yang relevan. Yang kedua dengan menghapus kata PTK / penelitian dan boleh menampilkan grafik yang penting saja. Pada bab 4, yang perlu dikembangkan adalah bagaimana pembuatan yang menjadi objek penelitian kemudian dijelaskan secara rinci apa yang ditemui seperti kendala apa, masalah apa, kelebihan apa, dan bagaimana hasilnya ketika yang menjadi fokus penelitian itu diterapkan di pembelajaran

Keempat, Gaya bahasa dan penyajian. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca sehingga buku yang disajikan menarik untuk dibaca. Kita bebas berekspresi dalam mengembangkan karya yang terpenting jangan melakukan plagiat apalagi self plagiarisme. 

Beberapa hal yang harus dilakukan agar terhindar dari self plagiarisme yaitu;

1. Dengan teknik parafrasa yaitu menyimpulkan pendapat orang lain.

2. Menambahkan  rujukan baru yang berisikan ide-ide baru

3. Memilih isi karya ilmiah yang benar-benar penting dan bermanfaat bagi orang lain.

Kelima,  Laporan Karya Ilmiah yang akan  dibukukan, haruslah yang sudah dipublikasikan, minimal tingkat sekolah atau MGMP di wilayah masing-masing.

Keenam, Untuk membuktikan bahwa penelitian benar-benar dilakukan, maka jelaskan dengan rinci kelebihan dan kekurangan penelitian yang telah dilakukan.

Yang ketujuh, Tambahkan rujukan baru dari situs atau blog resmi sehingga dapat diterima kelayakannya. Yangterakhir,  Karya ilmiah versi buku minimal 70 halaman format A5 dengan ukuran huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan dengan aturan penerbit.

Dengan begitu lancar bu Nora menghadirkan materi perkuliahan hari ini, termasuk ketika sesi tanya jawab. Semoga materi hari ini dapat memberi manfaat buat saya, sehingga bisa mengubah karya ilmiah menjadi buku. Proses menuju ke sana tentu tidak lepas dari berlatih menulis setiap waktu, meluangkan waktu uttuk membaca, dan selalu menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga   terbiasa dalam berliterasi. 

Pertemuan kali ini benar-benar menguras otak dan tenaga, karena materinya benar-benar keilmuan. Saya harus banyak belajar dan membaca sehingga saya mampu mengalihkan karya tulis menjadi buku. Proses tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena yang dirubah adalah karya hasil penelitian. Apalagi bagi penulis pemula. Berlatih dan terus berlatih yang harus dilakukan sehingga benar-benar menghasilkan karya dan buku yang luar biasa. Mari jadikan menulis is habit dan menulislah sepanjang hayat. 

Tanggal pertemuan: 12/04/2021

Resume ke: 4

Tema: Karya Ilmiah Menjadi Buku 

Narasumber: Noralia Purwa Yunita, M.Pd.

Gelombang: 18

Pangkalpinang

Okmi032021


Gadis pemalu dan sederhana kelahiran 41 tahun yang silam telah memilih tambatan hatinya "guru" sebagai profesi utama dalam nengaru...