Hati ini bagai tertusuk duri-duri hitam, tajam dan mematikan tatkala melihat seonggok mayat bayi kecil tak berdosa terbaring kaku dalam kresek hitam di pinggir danau yang menjadi tempat memadu kasih jiwa-jiwa muda yang kasmaran, masih lengkap dengan jalan makannya selama masih dalam kandungan. Siapa yang tega membuang sekaligus menghilangkan nyawa bayi perempuan tersebut? Kenapa harus aku yang melihatnya? Ya Allah, puluhan tahun menikah tapi aku belum dipercaya untuk menjadi seorang ibu. Bukan maksud hati meratapi nasib ini, tapi perempuan itu sangat kejam dan tidak berprikemanusiaan.
Andai yang kulihat tadi masih bergerak aktif, menangis, dan bernyawa, akan kupeluk dan kubawa pulang melengkapi kebahagiaan kami yang sedikit gersang. Meskipun suami beserta keluarga besar tidak pernah mempermasalahkan belum hadirnnya malaikat kecil bersayap dalam kehidupan kami, tapi hati dan jiwaku terasa sangat kosong. Tengah malam yang sunyi, pekat, gelap, mencekam, dan tenang, selalu kuusapkan air yang dingin membeku ke wajahku untuk mensucikan diri sebelum menghadap Sang Kuasa. Dalam doa kusampaikan salam untuk sang Rasul berserta keluarga dan sahabat beliau, agar segala doa yang kami panjatkan dijabbah Allah SWT.
Tidak kuhiraukan dingin nya angin malam, sambil menatap ke langit ku berdoa semoga segera diberikan rezeki. Lolongan anjing malam yang memejamkan telinga menyadarkan lamunan ku tentang memiliki malaikat kecil yang mungil yang selalu menghadirkan kegembiraan dan kebahagiaan. Aku kembali masuk setelah memastikan pintu terkunci. Aku benar-benar tidak bisa memejamkan mata malam ini. Mengingat kejadian pagi tadi menyisakan luka dan duka bagi diriku yang belum mampu menjadi seorang ibu. Entah wanita cantik mana yang tega membuang darah daging sendiri. Jikalau itu hasil sebuah dosa, cukup ibu nya yang berdosa. Astagfirullah, kenapa aku mesti menghakimi dan menghukum orang lain. Belum tentu aku terbebas dari dosa. Ya Allah, maafkan kelancangan mulut hambamu ini. Maafkan kesalahan hambamu yang suka membicarakan aib orang lain. Saya sadar, kesalahanku lebih besar dan lebih banyak ketimbang mereka.
Astagfirullah, apakah salah satu penyebab belum memiliki keturunan dikarenakan tidak bisa menjaga lisan? Astagfirullah, Aku harus banyak dan lebih sering beristigfar hingga terhindar dari dosa yang diciptakan sendiri.
Seorang ibu yang tidak punya hati dan rasa. Ada apa di balik perisitiwa ini? Kelak sang ibu akan menyesal seumur hidupnya
BalasHapus