Senin, 29 November 2021

Jembatan Literasi


Flyer  Sosialisasi dan Seleksi Program Nasional 1000 Guru Motivator Literasi bulan Agustus 2021 bersama Forum Indonesia Menulis (FIM) membuat jiwa dan raga ini meronta untuk bergabung dan berpartisipasi. Beberapa kali pendaftaran dilakukan dengan membuka link yang disediakan tapi selalu tidak berhasil. Ada-ada saja kendala yang muncul; kendala yang pertama link tidak bisa dibuka. Beberapa kali mencoba membuka link tetap saja tidak bisa. Kendala kedua takut terjadinya kesalahan dengan link yang disebarkan sehingga tidak connect sama sekali. Kendala ketiga yang sangat tidak mungkin terjadi adalah habisnya kuota internet. Padahal quota baru diisi. Menyerah adalah salah satu solusi. Saya berhenti sampai di situ dan  akhirnya keinginan pupus di tengah jalan. Mimpi ingin menjadi guru motivator literasi gagal total.

Hari silih berganti, semua mimpi juga ikut sirna dan tenggelam dalam kesibukan. Memang saat ini kesibukan hari-hariku sangat padat. Di sekolah saya harus berprofesi sebagai guru profesional, apapun masalah yang ku hadapi tidak boleh mempengaruhi pekerjaanku. Sementara di rumah, saya harus sibuk dengan segala pekerjaan rumah tangga dan anak-anak. Meskipun ada yang menjaga dan merawat mereka, aku tidak sepenuhnya bebas. Ketika berada di rumah, anak-anak akan mengelilingiku. Mereka tidak mengerti jikalau ibu mereka sangat capek dan lelah. Mereka hanya butuh perhatian dan kasih sayang karena sering ditinggalkan. Kadang-kadang emosi sangat labil sehingga merekalah sasarannya. Padahal itu sebenarnya tidak boleh terjadi tapi sebagai manusia saya bukanlah  manusia yang sempurna.

Kesibukan lainnya yang menyita waktu dan perhatian adalah kondisi suami yang sakit. Sakit suami bukan sakit biasa; demam, batuk, flu, atau sakit biasa lainnya. Sakit suami membutuhkan penanganan yang benar terutama dalam menjaga nutrisi dan makanan beliau. Penyakit suami adalah penyakit yang suatu waktu bisa merenggut nyawa nya. Untuk pengobatan suami, kami harus ke luar kota dan meninggalkan anak-anak. Saya tidak mengeluh dengan kondisi ini. Saya terkadang hanya kelelahan sehingga emosi sangat labil. Semoga saja ada harapan dan hari cerah sehingga suami bisa sembuh dan diangkat penyakitnya. Semoga saja yang pernah membaca tulisan ini ikut mendoakan supaya suami saya diangkat penyakit nya oleh Allah SWT dan kembali normal.

Menulis menjadi salah satu obat untuk menghilangkan kesedihanku. Ketika menulis semua rasa yang tersimpan seakan keluar sehingga aku larut dalam tiap tulisan yang ku tulis. Dengan menulis, aku mengurangi waktu untuk menangis dan meratap. Dengan menulis aku bisa mengungkapkan semua isi hati. This is my way to solve my sadness. Satu hari sebelum hari seleksi guru Motivator Literasi tersebut, tiba- tiba salah satu guru sekaligus teman sekantor kembali mengirim ulang flyer Sosialisasi dan Seleksi Program Nasional 1000 Guru Literasi Motivator 2021. Niat ikut serta yang sudah padam karena mengalami kegagalan dalam melakukan pendaftaran di awal pengumuman kembali terlahir dan makin  panas. Hati serasa terbakar dan meronta ingin ikut kembali. Dengan niat yang tulus dan menggebu-gebu, saya kembali mencoba mendaftar. Pikiran saya saat itu, "Jikalau pendaftaran kali ini tidak berhasil maka, program tersebut benar-benar bukan jodohku.”  Malam sebelum sosialisasi dimulai, saya membuka google dan mengetik alamat link pendaftaran yang tertera di flyer tersebut. Saya sempat mengira jikalau usaha saya tidak akan berhasil dan akan sia-sia. Ternyata link yang saya buka merespon. Entah berapa kali saya mengucap hamdalah dan rasa syukur kepada Allah SWT atas izin-Nya link pendaftaran terbuka.

Di saat yang sama, suami meminta saya untuk mematikan lampu karena mata beliau terasa silau dan sakit sehingga beliau lebih menginginkan suasana gelap. Saya paham akan maksud beliau. Dengan izin beliau, saya meminta waktu sebentar untuk menyelesaikan pendaftaran tersebut.  Saya pun membaca dengan seksama tiap perintah yang diberikan dan mengisi formulirnya  dengan teliti dan hati-hati untuk menghindari kesalahan. Setelah memeriksa dan memastikan  semua jawaban akhirnya saya mengirimkan formulir pendaftaran tersebut. Kali ini saya tidak boleh gegabah karena  Ini adalah pendaftaran dan kesempatan  terakhir karena acara Sosialisasi dan Seleksi Program Nasional  1000 guru motivator Literasi  2021  diadakan besok pagi. Setelah pengiriman berhasil, saya tak henti-henti nya tersenyum dan kembali bersyukur kepada  Tuhan Sang Kuasa karena jikalau tanpa izin-Nya, aku tidak bisa bergabung dan ikut dalam program tersebut.

Malam itu memiliki makna yang berbeda, karena malam itu akan menjadi sejarah baru bagi saya terlibat langsung dalam persaingan dan kompetisi tingkat nasional. Meskipun saya baru di dunia kepenulisan, tidak membuat keberanian mencoba tantangan baru sirna. Memang benar akhir Maret 2021 merupakan awal perjuangan diriku mulai belajar menulis, meskipun masih baru dan belum memiliki apa-apa tidak membuat aku rendah diri dalam bersaing. Aku harus mencoba tantangan yang lebih berat untuk menguji keseriusanku dalam dunia menulis. Meskipun aku bukan pujangga, bukan juga penyair, apalagi penulis ternama, tidak membuat aku gentar untuk melangkah. Aku akan mencoba dan memberikan yang terbaik semampu yang ku bisa. Malam itu menjadi bukti kesungguhanku dalam  menulis dan malam itu juga mental seorang penulis hinggap di dasar sanubari terdalam.

Bagi saya pribadi mengikuti ajang ini adalah sebuah mimpi, mana mungkin saya terpilih jikalau saya adalah baru belajar menulis dan belum memiliki pengalaman yang berarti dalam bidang menulis. Tapi dengan tekad dan semangat saya memberanikan diri ikut dalam ajang tersebut. Jikalau berhasil maka ini akan menjadi langkah yang harus saya emban ke depan nya, bagaimana saya mengajak, merayu dan menarik siswa, teman-teman bahkan semua warga sekolah untuk mulai menulis dan membudayakan Literasi di sekolah. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita punya niat dan tekat untuk melakukan nya.  Semangat itulah yang membuat saya berani ikut Sosialisasi dan Seleksi guru motivator Literasi tersebut.

Jikalau saya tidak terpilih, juga tidak masalah bagi saya, yang penting saya telah mencoba dan memberikan yang terbaik. Satu hal yang harus saya ingat adalah berani mencoba meskipun gagal. Saya tidak ingin menyesali sesuatu yang ingin saya lakukan tapi tidak berpartisipasi di dalam nya sehingga akhirnya penyesalan yang ada. Menang atau kalah dalam permainan adalah hal yang wajar, yang terpenting kita harus bisa dan mampu menyikapi kemenangan dan kekalahan itu sendiri. Hal yang paling penting yang ingin saya peroleh adalah pengalaman, pengetahuan, dan ilmu baru yang melibatkan dunia kepenulisan.

Saya sadar kalimat yang saya ciptakan tidak romantis dan tidak seindah penulis hebat dan terkenal tapi saya percaya dengan kemampuan dan penalaran saya, meskipun tulisan yang saya hasilkan biasa saja bagi orang lain tapi sangat istimewa bagi diriku. Aku bukan penulis tapi aku berani menuliskan kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan akhirnya paragraf menjadi sebuah cerita. Kemajuan inilah yang patut aku syukuri. Aku yang awalnya ragu dan canggung menulis akhirnya berani menulis. Bagiku pribadi ini adalah awal dan langkah besar dalam berkarya.  Pramoedya ananta Toer berkata, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”  Kata bijak tersebut mampu menggerakkan hati untuk terus menulis. Membagi waktu memang sulit, apalagi kita perempuan, karena semua bermula dari niat maka ada saja jalan dan waktu untuk terus menulis.

Sabtu 15 Agustus 2021 jam  07.30, saya sudah stand by dan bergabung dengan ribuan pendaftar lainnya untuk mengikuti acara sosialisasi dan seleksi Program Nasional 1000 Guru Motivator Literasi. Acara dipandu oleh kak Ria Irawan yang sekaligus bertugas sebagai MC. Meskipun dilaksanakan secara daring, acara tersebut serasa hidup. Apalagi ketika Fakhrul Ar-Razi  founder Forum Menulis Indonesia, penulis 17 buku best seller dan sekaligus sebagai Motivator Literasi Indonesia versi perpustakaan Nasional RI menyampaikan visi GML menuju Indonesia sebagai kiblatnya Literasi dunia. Cara nya tidak lain adalah dengan menghidupkan budaya literasi di sekolah menuju Sekolah Literasi Nasional. Bagaimana cara nya mengajak dan menghimbau semua warga sekolah untuk produktif menulis dan menghasilkan karya.  Cara nya adalah dengan bergabung bersama Guru Motivator Literasi. 

Apa itu Guru Motivator Literasi? Farkhrul Ar-Razi mengatakan bahwa Guru Motivator Literasi adalah program pengembangan literasi dengan berfokus pada produktivitas karya yang bertujuan menjadikan guru sebagai penulis yang memiliki tugas untuk mensosialisasikan dan menggerakkan budaya literasi  sehingga semua warga sekolah menulis. Dengan produktif menulis akan membawa sekolah menuju Sekolah Literasi Nasional.

Acara yang saya ikuti benar-benar serius. Jadwal yang telah disusun dengan seksama berjalan dengan lancar. Meskipun Secara virtual, antusias peserta di luar perkiraan. Pendaftar yang ikut juga membludak, target awal 1000 peserta ternyata yang mendaftar 6000an peserta. Saya tidak menyesal bisa bergabung di ajang ini. Apakah saya sepenuhnya fokus pada acara sosialisasi ini? Jawaban nya tidak. Saya mengikuti sosialisasi ini sambil menemani dan merawat suami yang sakit. Karena menggunakan HP dan headphone, saya juga bisa merawat suami sekaligus. Saya sudah mempertimbangkan dengan matang resiko dan efek yang akan saya temui nantinya. Suami tidak keberatan dengan keaktifan saya, yang terpenting saya bisa menjaga kesehatan sehingga terhindar dari down. Maklum, kesibukan saya belakangan ini luar biasa sekali sehingga saya benar-benar harus Fit. Saya akan selalu mengingat pesan suami. Jika saya merasa sanggup maka saya akan berpartisipasi jikalau saya tidak sanggup maka saya akan mundur. Banyak alasan membuat saya ingin melibatkan diri dalam ajang pengembangan potensi diri.

Ternyata untuk lolos seleksi tidak main-main.  Semua peserta diwajibkan membuat sebuah tulisan berupa artikel dalam jangka waktu  7 hari yang dimulai dari tanggal 16 Agustus sampai tanggal 22 Agustus. Saya sempat pesimis awalnya, apakah saya sanggup membuat karya tulis dalam waktu yang singkat. Meskipun tantangan ini berat, tidak membuat diriku mundur atau berhenti melangkah. Saya bisa dan harus bisa karena saya percaya saya bisa.  Kata-kata itulah yang terus menyemangati diriku. Tugas saya selanjutnya adalah memikirkan judul dan tulisan yang akan saya angkat. Masa pandemi ini membuat pergerakan guru dan siswa terbatas. Tulisan yang akan saya tulis nantinya  harus benar-benar mempunyai rasa dan roh sehingga menarik untuk dibaca. Saya harus memiliki strategi dan karya yang benar-benar bisa menyentuh hati pembaca.

Acara belum berakhir, satu PR sudah menunggu. Saya benar-benar harus berkomitmen untuk mengikuti ajang ini sampai selesai. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi tapi kita harus siap dengan segala kemungkinan. Setelah memberikan secara rinci apa yang harus kami lakukan nantinya, kak Fakhrul pun menutup sesinya. Masih banyak yang harus disiapkan agar bisa lolos di ajang ini.

Sesi berikut nya kami berjumpa dengan Coach Aswan. Beliau juga seorang penulis, mentor, dan manajer Program Guru Motivasi Literasi. Saya sangat suka dengan motto beliau, “Tumbuh berkembang dengan karya. Bermanfaat untuk dunia” Wow! Memukau sekali kalimatnya. Sesi inilah tugas Guru Motivator Literasi makin jelas.

Jika kami lulus seleksi program nasional guru motivator literasi ini, kami harus mengemban tugas untuk menjalankan amanat yang tertera di dalam guru motivator literasi yaitu melakukan sosialisasi kepada semua warga sekolah untuk memulai menulis. Program tersebut adalah melakukan wisata literasi siswa, wisata literasi guru dan wisata literasi kepala sekolah. Itulah tugas pokok guru motivator literasi mewujudkan sekolah literasi nasional.

Mendengar tugas pokok tersebut membuat saya bertanya dalam hati, “Apakah mungkin siswa, guru, dan kepala sekolah mau menulis?” Pertanyaan ini tidak perlu saya jawab karena langkah ini adalah langkah ke depan jikalau saya dinyatakan lolos seleksi.

Senin, Selasa, Rabu terlewati begitu saja. Saya belum mempunyai tema artikel yang akan saya pertaruhkan untuk lolos atau tidak nantinya. Saya belum mau ambil pusing, karena saya masih sibuk dengan pekerjaan lainnya. Kamis malam,  tiba-tiba saya mendapat gambaran apa yang akan saya tuliskan tapi saya belum menemukan judulnya. Saya mulai menulis dan terus menulis. Saya berusaha mengaitkan antara ide pokok dengan kalimat pendukung. Saya juga berusaha mengaitkan antara satu paragraf dengan pragraf lainnya sehingga menjadi tulisan yang menarik. Ketika otak buntu, saya berhenti menulis. Kemudian saya kembali ke kalimat yang sudah tercipta. Di situlah saya mulai mengedit, menambahkan dan mengurangi kalimat, kata ataupun prasa yang tidak cocok pada masing-masing kalimat.

Saya membaca berulang-ulang tiap paragraf hingga muncul ide-ide baru yang terlewatkan. Yang saya tulis adalah pengalaman yang pernah saya alami sebagai guru mata pelajaran sekaligus sebagai wali kelas. Sehingga jadilah artikel saya yang berjudul, “Pendekatan Wali Kelas Terhadap Siswa-Siswi Yang Memiliki  Hasrat dan Motivasi Rendah dalam  Belajar” Tulisan ini bisa selesai hanya dalam dua hari. Pencapaian yang luar biasa buat saya. Saya mampu menyelesaikan sebuah artikel dalam waktu yang singkat. Ini menjadi bukti nyata bagi saya, jika memang ada niat, segala sesuatu yang dilakukan akan terasa mudah. Harapan saya adalah semoga artikel yang saya tulis mampu menarik hati para juri sehingga terpilih dan lolos seleksi. Tugas berikutnya adalah saya membaca dan memeriksa terakhir kalinya, siapa tahu masih ada tanda baca yang kurang, kata yang tidak baku, ataupun tata bahasanya tidak tepat. Setelah merasa yakin semua dan sudah sesuai prosedur, saya pun mengirimkan naskah/artikel saya melalui Link yang disediakan.

Alhamdulillah, satu langkah terselesaikan dengan baik. Tinggal menunggu hasilnya. Saya terus berharap jikalau tulisan saya lolos seleksi. Hari yang ditunggu pun akhir nya datang. Tanggal 26 Agustus 2021 keluarlah pengumuman guru motivator literasi yang dianggap lolos dan maju untuk tahap berikutnya. Alhamdulillah, nama saya dengan asal sekolah yang sama dinyatakan salah satu peserta yang lolos seleksi. Ternyata yang lolos lebih dari 1000. Alhamdulillah saya tergabung dalam Guru Motivator Literasi Grup C. Saya tiada berhenti menyebutkan Asma Allah SWT. Berkat rahmat, angerah, dan izin-Nya lah akhirnya perjuangan saya membuahkan hasil.

Tantangan saya ke depan nya adalah mengikuti training of coach selama dua hari, dari pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore. Jika semua orang, hari Sabtu dan Minggu menghabiskan waktu dengan keluarga, berbeda dengan saya. Saya harus menyelesaikan apa yang sudah saya mulai sehingga benar-benar mendapatkan hasil yang terbaik. Baik untuk diri saya secara pribadi, maupun untuk semua warga sekolah. Target akhir saya adalah berhasil mengajak siswa, guru, dan kepala sekolah menulis. Meskipun sulit, saya harus patahkan tantangan itu.

Semoga tulisan saya yang sangat sederhana ini, mampu menginspirasi dan memberi motivasi untuk kita semua agar mulai menghidupkan budaya literasi di sekolah. Saya sendiri menamakannya Jembatan Literasi karena diberi kesempatan untuk mulai berkarya lewat tulisan. Pilihlah jalan terbaik sehingga menulis menjadi habit. Jika bukan kita yang memulai, siapa lagi yang bisa kita harapkan. Tiada kata susah jikalau kita mau memulai karena kendala utama menulis adalah mulai menulis itu sendiri. Sebaik apapun ide, pemikiran, dan temuan serta inovasi jikalau tidak dituliskan tidak bermakna. Mari jadikan pemikiran-pemikiran baru dalam bentuk tulisan sehingga kita akan dikenang sepanjang masa. Mari kita mulai berkarya dalam betuk tulisan sehingga kita akan dicatat sejarah dan karya kita akan abadi selama nya. 

 

 

11 komentar:

  1. Wow ... keren. Motivator literasi nasional telah lahir di bumi seribu senyuman. Perjuangan yang tidak ringan akan melahirkan karya yang luar biasa. Semoga bisa berjalan lancar, dan semoga penyakit suami diangkat tanpa tersisa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Terima kasih bu Ros.
      Alhamdulillah, ada beberapa guru dari babel yang lolos kemaren.
      Aamiin ya Allah, semoga semua berjalan lancar.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Selamat Mb .. sukses sampai tantangan terakhir. Aku jg ikut seleksi namun berhenti saat hrs mengajak 10 guru dan 50 siswa untuk bisa menulis.bagi siswa SD bagi ku adalah sangat sulit dan lebih sulit lagi saat hrs mengajak guru. Jmlh guru hanya 11 itu sudah termasuk penjaga dan kpl sekolah. Akhirnya aku pun tidak bsa ikut di tantangan terakhir tersebut.Namun alhamdulikah sudah banyak ilmu yg di dapat dari sekeksi GMLD ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, ibu juga lolos.
      Benar sekali ibu, kendala seperti itu juga sempat saya rasakan. Memang sulit, bahkan sangat sulit mengajak dan membujuk warga sekolah untuk berpartisipasi. Sebelum ada perpanjangan waktu pengiriman naskah, saya hanya sempat mengirimkan 7 tulisan guru bersama tulisan kepala sekolah sementara hanya 6 tulisan siswa.
      Ketika rapat koordinasi, ternyata ada perpanjangan waktu sampai 1 November. Alhamdulillah, berkat obrolan dengan salah satu siswa, bahwa jikalau tulisan siswa tidak memenuhi batas 50 maka buku nya Akan digabung dengan sekolah lain. Dari bahasan itu, sosialisasi gencar dilakukan melalui Pembina OSIS, Alhamdulillah melebihi target akhirnya. Sementara untuk tulisan guru, agar tercapai minimal 10, saya membuat artikel sendiri untuk menutupi nya. Jadi kejar tayang.

      Alhamdulillah, benar sekali ibu. Banyak ilmu yang bermanfaat selama bergabung Dalam guru motivator literasi.
      Tetap sangat ibu, salam Literasi

      Hapus
  4. Kereen artikelnya. Ibu benar, kendala menulis adalah memulai menulis itu sendiri.
    Selamat ya Bu atas prestasi/ karya yg sudah dicapai..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Ambuguru sudah berkenan mampir. Masih terus belajar agar terbiasa menulis hingga menulis tidak lagi menjadi beban.

      Hapus
  5. Sebuah uraian pengalaman yang mengalir dengan lancar. Selamat Bu.

    BalasHapus
  6. Terima kasih ibu Suyati. Mood dan rasa mempengaruhi dalam penulisan nya, semoga bisa bermanfaat ya bu.

    BalasHapus
  7. Semangat Ibu...;menyenangkan sekali punya habit menulis

    BalasHapus

Gadis pemalu dan sederhana kelahiran 41 tahun yang silam telah memilih tambatan hatinya "guru" sebagai profesi utama dalam nengaru...