Hari silih berganti, semua mimpi juga
ikut sirna dan tenggelam dalam kesibukan. Memang saat ini kesibukan hari-hariku
sangat padat. Di sekolah saya harus berprofesi sebagai guru profesional, apapun
masalah yang ku hadapi tidak boleh mempengaruhi pekerjaanku. Sementara di
rumah, saya harus sibuk dengan segala pekerjaan rumah tangga dan anak-anak.
Meskipun ada yang menjaga dan merawat mereka, aku tidak sepenuhnya bebas.
Ketika berada di rumah, anak-anak akan mengelilingiku. Mereka tidak mengerti
jikalau ibu mereka sangat capek dan lelah. Mereka hanya butuh perhatian dan
kasih sayang karena sering ditinggalkan. Kadang-kadang emosi sangat labil
sehingga merekalah sasarannya. Padahal itu sebenarnya tidak boleh terjadi tapi
sebagai manusia saya bukanlah manusia
yang sempurna.
Kesibukan lainnya yang menyita waktu
dan perhatian adalah kondisi suami yang sakit. Sakit suami bukan sakit biasa; demam,
batuk, flu, atau sakit biasa lainnya. Sakit suami membutuhkan penanganan yang
benar terutama dalam menjaga nutrisi dan makanan beliau. Penyakit suami adalah
penyakit yang suatu waktu bisa merenggut nyawa nya. Untuk pengobatan suami,
kami harus ke luar kota dan meninggalkan anak-anak. Saya tidak mengeluh dengan
kondisi ini. Saya terkadang hanya kelelahan sehingga emosi sangat labil. Semoga
saja ada harapan dan hari cerah sehingga suami bisa sembuh dan diangkat
penyakitnya. Semoga saja yang pernah membaca tulisan ini ikut mendoakan supaya
suami saya diangkat penyakit nya oleh Allah SWT dan kembali normal.
Menulis menjadi salah satu obat untuk
menghilangkan kesedihanku. Ketika menulis semua rasa yang tersimpan seakan
keluar sehingga aku larut dalam tiap tulisan yang ku tulis. Dengan menulis, aku
mengurangi waktu untuk menangis dan meratap. Dengan menulis aku bisa
mengungkapkan semua isi hati. This is my way to solve my sadness. Satu hari
sebelum hari seleksi guru Motivator Literasi tersebut, tiba- tiba salah satu
guru sekaligus teman sekantor kembali mengirim ulang flyer Sosialisasi dan
Seleksi Program Nasional 1000 Guru Literasi Motivator 2021. Niat ikut serta
yang sudah padam karena mengalami kegagalan dalam melakukan pendaftaran di awal
pengumuman kembali terlahir dan makin
panas. Hati serasa terbakar dan meronta ingin ikut kembali. Dengan niat
yang tulus dan menggebu-gebu, saya kembali mencoba mendaftar. Pikiran saya saat
itu, "Jikalau pendaftaran kali ini tidak berhasil maka, program tersebut
benar-benar bukan jodohku.” Malam
sebelum sosialisasi dimulai, saya membuka google dan mengetik alamat link
pendaftaran yang tertera di flyer tersebut. Saya sempat mengira jikalau usaha
saya tidak akan berhasil dan akan sia-sia. Ternyata link yang saya buka merespon.
Entah berapa kali saya mengucap hamdalah dan rasa syukur kepada Allah SWT atas
izin-Nya link pendaftaran terbuka.
Di saat yang sama, suami meminta saya
untuk mematikan lampu karena mata beliau terasa silau dan sakit sehingga beliau
lebih menginginkan suasana gelap. Saya paham akan maksud beliau. Dengan izin
beliau, saya meminta waktu sebentar untuk menyelesaikan pendaftaran
tersebut. Saya pun membaca dengan
seksama tiap perintah yang diberikan dan mengisi formulirnya dengan teliti dan hati-hati untuk menghindari
kesalahan. Setelah memeriksa dan memastikan
semua jawaban akhirnya saya mengirimkan formulir pendaftaran tersebut.
Kali ini saya tidak boleh gegabah karena
Ini adalah pendaftaran dan kesempatan
terakhir karena acara Sosialisasi dan Seleksi Program Nasional 1000 guru motivator Literasi 2021
diadakan besok pagi. Setelah pengiriman berhasil, saya tak henti-henti
nya tersenyum dan kembali bersyukur kepada
Tuhan Sang Kuasa karena jikalau tanpa izin-Nya, aku tidak bisa bergabung
dan ikut dalam program tersebut.
Malam itu memiliki makna yang berbeda,
karena malam itu akan menjadi sejarah baru bagi saya terlibat langsung dalam
persaingan dan kompetisi tingkat nasional. Meskipun saya baru di dunia
kepenulisan, tidak membuat keberanian mencoba tantangan baru sirna. Memang
benar akhir Maret 2021 merupakan awal perjuangan diriku mulai belajar menulis, meskipun
masih baru dan belum memiliki apa-apa tidak membuat aku rendah diri dalam
bersaing. Aku harus mencoba tantangan yang lebih berat untuk menguji
keseriusanku dalam dunia menulis. Meskipun aku bukan pujangga, bukan juga
penyair, apalagi penulis ternama, tidak membuat aku gentar untuk melangkah. Aku
akan mencoba dan memberikan yang terbaik semampu yang ku bisa. Malam itu
menjadi bukti kesungguhanku dalam
menulis dan malam itu juga mental seorang penulis hinggap di dasar
sanubari terdalam.
Bagi saya pribadi mengikuti ajang ini
adalah sebuah mimpi, mana mungkin saya terpilih jikalau saya adalah baru
belajar menulis dan belum memiliki pengalaman yang berarti dalam bidang
menulis. Tapi dengan tekad dan semangat saya memberanikan diri ikut dalam ajang
tersebut. Jikalau berhasil maka ini akan menjadi langkah yang harus saya emban
ke depan nya, bagaimana saya mengajak, merayu dan menarik siswa, teman-teman
bahkan semua warga sekolah untuk mulai menulis dan membudayakan Literasi di
sekolah. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita punya niat dan tekat untuk
melakukan nya. Semangat itulah yang
membuat saya berani ikut Sosialisasi dan Seleksi guru motivator Literasi
tersebut.
Jikalau saya tidak terpilih, juga
tidak masalah bagi saya, yang penting saya telah mencoba dan memberikan yang
terbaik. Satu hal yang harus saya ingat adalah berani mencoba meskipun gagal.
Saya tidak ingin menyesali sesuatu yang ingin saya lakukan tapi tidak
berpartisipasi di dalam nya sehingga akhirnya penyesalan yang ada. Menang atau
kalah dalam permainan adalah hal yang wajar, yang terpenting kita harus bisa
dan mampu menyikapi kemenangan dan kekalahan itu sendiri. Hal yang paling penting
yang ingin saya peroleh adalah pengalaman, pengetahuan, dan ilmu baru yang
melibatkan dunia kepenulisan.
Saya sadar kalimat yang saya ciptakan
tidak romantis dan tidak seindah penulis hebat dan terkenal tapi saya percaya
dengan kemampuan dan penalaran saya, meskipun tulisan yang saya hasilkan biasa
saja bagi orang lain tapi sangat istimewa bagi diriku. Aku bukan penulis tapi
aku berani menuliskan kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan
akhirnya paragraf menjadi sebuah cerita. Kemajuan inilah yang patut aku
syukuri. Aku yang awalnya ragu dan canggung menulis akhirnya berani menulis.
Bagiku pribadi ini adalah awal dan langkah besar dalam berkarya. Pramoedya ananta Toer berkata, “Orang boleh
pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari
masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” Kata bijak tersebut mampu menggerakkan hati
untuk terus menulis. Membagi waktu memang sulit, apalagi kita perempuan, karena
semua bermula dari niat maka ada saja jalan dan waktu untuk terus menulis.
Sabtu 15 Agustus 2021 jam 07.30, saya sudah stand by dan bergabung dengan ribuan pendaftar lainnya untuk mengikuti acara sosialisasi dan seleksi Program Nasional 1000 Guru Motivator Literasi. Acara dipandu oleh kak Ria Irawan yang sekaligus bertugas sebagai MC. Meskipun dilaksanakan secara daring, acara tersebut serasa hidup. Apalagi ketika Fakhrul Ar-Razi founder Forum Menulis Indonesia, penulis 17 buku best seller dan sekaligus sebagai Motivator Literasi Indonesia versi perpustakaan Nasional RI menyampaikan visi GML menuju Indonesia sebagai kiblatnya Literasi dunia. Cara nya tidak lain adalah dengan menghidupkan budaya literasi di sekolah menuju Sekolah Literasi Nasional. Bagaimana cara nya mengajak dan menghimbau semua warga sekolah untuk produktif menulis dan menghasilkan karya. Cara nya adalah dengan bergabung bersama Guru Motivator Literasi.
Apa itu Guru Motivator Literasi? Farkhrul
Ar-Razi mengatakan bahwa Guru Motivator Literasi adalah program pengembangan
literasi dengan berfokus pada produktivitas karya yang bertujuan menjadikan
guru sebagai penulis yang memiliki tugas untuk mensosialisasikan dan
menggerakkan budaya literasi sehingga
semua warga sekolah menulis. Dengan produktif menulis akan membawa sekolah
menuju Sekolah Literasi Nasional.
Acara yang saya ikuti benar-benar
serius. Jadwal yang telah disusun dengan seksama berjalan dengan lancar.
Meskipun Secara virtual, antusias peserta di luar perkiraan. Pendaftar yang
ikut juga membludak, target awal 1000 peserta ternyata yang mendaftar 6000an
peserta. Saya tidak menyesal bisa bergabung di ajang ini. Apakah saya
sepenuhnya fokus pada acara sosialisasi ini? Jawaban nya tidak. Saya mengikuti
sosialisasi ini sambil menemani dan merawat suami yang sakit. Karena menggunakan
HP dan headphone, saya juga bisa merawat suami sekaligus. Saya sudah
mempertimbangkan dengan matang resiko dan efek yang akan saya temui nantinya.
Suami tidak keberatan dengan keaktifan saya, yang terpenting saya bisa menjaga
kesehatan sehingga terhindar dari down. Maklum, kesibukan saya belakangan ini
luar biasa sekali sehingga saya benar-benar harus Fit. Saya akan selalu
mengingat pesan suami. Jika saya merasa sanggup maka saya akan berpartisipasi
jikalau saya tidak sanggup maka saya akan mundur. Banyak alasan membuat saya
ingin melibatkan diri dalam ajang pengembangan potensi diri.
Ternyata untuk lolos seleksi tidak
main-main. Semua peserta diwajibkan
membuat sebuah tulisan berupa artikel dalam jangka waktu 7 hari yang dimulai dari tanggal 16 Agustus
sampai tanggal 22 Agustus. Saya sempat pesimis awalnya, apakah saya sanggup
membuat karya tulis dalam waktu yang singkat. Meskipun tantangan ini berat,
tidak membuat diriku mundur atau berhenti melangkah. Saya bisa dan harus bisa
karena saya percaya saya bisa. Kata-kata
itulah yang terus menyemangati diriku. Tugas saya selanjutnya adalah memikirkan
judul dan tulisan yang akan saya angkat. Masa pandemi ini membuat pergerakan guru
dan siswa terbatas. Tulisan yang akan saya tulis nantinya harus benar-benar mempunyai rasa dan roh
sehingga menarik untuk dibaca. Saya harus memiliki strategi dan karya yang
benar-benar bisa menyentuh hati pembaca.
Acara belum berakhir, satu PR sudah
menunggu. Saya benar-benar harus berkomitmen untuk mengikuti ajang ini sampai
selesai. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi tapi kita harus siap dengan
segala kemungkinan. Setelah memberikan secara rinci apa yang harus kami lakukan
nantinya, kak Fakhrul pun menutup sesinya. Masih banyak yang harus disiapkan
agar bisa lolos di ajang ini.
Sesi berikut nya kami berjumpa dengan
Coach Aswan. Beliau juga seorang penulis, mentor, dan manajer Program Guru
Motivasi Literasi. Saya sangat suka dengan motto beliau, “Tumbuh berkembang
dengan karya. Bermanfaat untuk dunia” Wow! Memukau sekali kalimatnya. Sesi
inilah tugas Guru Motivator Literasi makin jelas.
Jika kami lulus seleksi program
nasional guru motivator literasi ini, kami harus mengemban tugas untuk
menjalankan amanat yang tertera di dalam guru motivator literasi yaitu
melakukan sosialisasi kepada semua warga sekolah untuk memulai menulis. Program
tersebut adalah melakukan wisata literasi siswa, wisata literasi guru dan
wisata literasi kepala sekolah. Itulah tugas pokok guru motivator literasi
mewujudkan sekolah literasi nasional.
Mendengar tugas pokok tersebut
membuat saya bertanya dalam hati, “Apakah mungkin siswa, guru, dan kepala
sekolah mau menulis?” Pertanyaan ini tidak perlu saya jawab karena langkah ini
adalah langkah ke depan jikalau saya dinyatakan lolos seleksi.
Senin, Selasa, Rabu terlewati begitu
saja. Saya belum mempunyai tema artikel yang akan saya pertaruhkan untuk lolos
atau tidak nantinya. Saya belum mau ambil pusing, karena saya masih sibuk
dengan pekerjaan lainnya. Kamis malam,
tiba-tiba saya mendapat gambaran apa yang akan saya tuliskan tapi saya
belum menemukan judulnya. Saya mulai menulis dan terus menulis. Saya berusaha
mengaitkan antara ide pokok dengan kalimat pendukung. Saya juga berusaha
mengaitkan antara satu paragraf dengan pragraf lainnya sehingga menjadi tulisan
yang menarik. Ketika otak buntu, saya berhenti menulis. Kemudian saya kembali
ke kalimat yang sudah tercipta. Di situlah saya mulai mengedit, menambahkan dan
mengurangi kalimat, kata ataupun prasa yang tidak cocok pada masing-masing
kalimat.
Saya membaca berulang-ulang tiap
paragraf hingga muncul ide-ide baru yang terlewatkan. Yang saya tulis adalah
pengalaman yang pernah saya alami sebagai guru mata pelajaran sekaligus sebagai
wali kelas. Sehingga jadilah artikel saya yang berjudul, “Pendekatan Wali Kelas
Terhadap Siswa-Siswi Yang Memiliki Hasrat dan Motivasi Rendah dalam Belajar” Tulisan ini bisa selesai hanya dalam
dua hari. Pencapaian yang luar biasa buat saya. Saya mampu menyelesaikan sebuah
artikel dalam waktu yang singkat. Ini menjadi bukti nyata bagi saya, jika
memang ada niat, segala sesuatu yang dilakukan akan terasa mudah. Harapan saya
adalah semoga artikel yang saya tulis mampu menarik hati para juri sehingga
terpilih dan lolos seleksi. Tugas berikutnya adalah saya membaca dan memeriksa
terakhir kalinya, siapa tahu masih ada tanda baca yang kurang, kata yang tidak
baku, ataupun tata bahasanya tidak tepat. Setelah merasa yakin semua dan sudah
sesuai prosedur, saya pun mengirimkan naskah/artikel saya melalui Link yang
disediakan.
Alhamdulillah, satu langkah
terselesaikan dengan baik. Tinggal menunggu hasilnya. Saya terus berharap
jikalau tulisan saya lolos seleksi. Hari yang ditunggu pun akhir nya datang.
Tanggal 26 Agustus 2021 keluarlah pengumuman guru motivator literasi yang
dianggap lolos dan maju untuk tahap berikutnya. Alhamdulillah, nama saya dengan
asal sekolah yang sama dinyatakan salah satu peserta yang lolos seleksi.
Ternyata yang lolos lebih dari 1000. Alhamdulillah saya tergabung dalam Guru
Motivator Literasi Grup C. Saya tiada berhenti menyebutkan Asma Allah SWT.
Berkat rahmat, angerah, dan izin-Nya lah akhirnya perjuangan saya membuahkan
hasil.
Tantangan saya ke depan nya adalah
mengikuti training of coach selama dua hari, dari pukul 8 pagi sampai pukul 5
sore. Jika semua orang, hari Sabtu dan Minggu menghabiskan waktu dengan
keluarga, berbeda dengan saya. Saya harus menyelesaikan apa yang sudah saya
mulai sehingga benar-benar mendapatkan hasil yang terbaik. Baik untuk diri saya
secara pribadi, maupun untuk semua warga sekolah. Target akhir saya adalah
berhasil mengajak siswa, guru, dan kepala sekolah menulis. Meskipun sulit, saya
harus patahkan tantangan itu.
Semoga tulisan saya yang sangat
sederhana ini, mampu menginspirasi dan memberi motivasi untuk kita semua agar
mulai menghidupkan budaya literasi di sekolah. Saya sendiri menamakannya
Jembatan Literasi karena diberi kesempatan untuk mulai berkarya lewat tulisan.
Pilihlah jalan terbaik sehingga menulis menjadi habit. Jika bukan kita yang
memulai, siapa lagi yang bisa kita harapkan. Tiada kata susah jikalau kita mau
memulai karena kendala utama menulis adalah mulai menulis itu sendiri. Sebaik
apapun ide, pemikiran, dan temuan serta inovasi jikalau tidak dituliskan tidak
bermakna. Mari jadikan pemikiran-pemikiran baru dalam bentuk tulisan sehingga
kita akan dikenang sepanjang masa. Mari kita mulai berkarya dalam betuk tulisan
sehingga kita akan dicatat sejarah dan karya kita akan abadi selama nya.
Wow ... keren. Motivator literasi nasional telah lahir di bumi seribu senyuman. Perjuangan yang tidak ringan akan melahirkan karya yang luar biasa. Semoga bisa berjalan lancar, dan semoga penyakit suami diangkat tanpa tersisa.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusTerima kasih bu Ros.
HapusAlhamdulillah, ada beberapa guru dari babel yang lolos kemaren.
Aamiin ya Allah, semoga semua berjalan lancar.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSelamat Mb .. sukses sampai tantangan terakhir. Aku jg ikut seleksi namun berhenti saat hrs mengajak 10 guru dan 50 siswa untuk bisa menulis.bagi siswa SD bagi ku adalah sangat sulit dan lebih sulit lagi saat hrs mengajak guru. Jmlh guru hanya 11 itu sudah termasuk penjaga dan kpl sekolah. Akhirnya aku pun tidak bsa ikut di tantangan terakhir tersebut.Namun alhamdulikah sudah banyak ilmu yg di dapat dari sekeksi GMLD ini.
BalasHapusAlhamdulillah, ibu juga lolos.
HapusBenar sekali ibu, kendala seperti itu juga sempat saya rasakan. Memang sulit, bahkan sangat sulit mengajak dan membujuk warga sekolah untuk berpartisipasi. Sebelum ada perpanjangan waktu pengiriman naskah, saya hanya sempat mengirimkan 7 tulisan guru bersama tulisan kepala sekolah sementara hanya 6 tulisan siswa.
Ketika rapat koordinasi, ternyata ada perpanjangan waktu sampai 1 November. Alhamdulillah, berkat obrolan dengan salah satu siswa, bahwa jikalau tulisan siswa tidak memenuhi batas 50 maka buku nya Akan digabung dengan sekolah lain. Dari bahasan itu, sosialisasi gencar dilakukan melalui Pembina OSIS, Alhamdulillah melebihi target akhirnya. Sementara untuk tulisan guru, agar tercapai minimal 10, saya membuat artikel sendiri untuk menutupi nya. Jadi kejar tayang.
Alhamdulillah, benar sekali ibu. Banyak ilmu yang bermanfaat selama bergabung Dalam guru motivator literasi.
Tetap sangat ibu, salam Literasi
Kereen artikelnya. Ibu benar, kendala menulis adalah memulai menulis itu sendiri.
BalasHapusSelamat ya Bu atas prestasi/ karya yg sudah dicapai..
Terima kasih Ambuguru sudah berkenan mampir. Masih terus belajar agar terbiasa menulis hingga menulis tidak lagi menjadi beban.
HapusSebuah uraian pengalaman yang mengalir dengan lancar. Selamat Bu.
BalasHapusTerima kasih ibu Suyati. Mood dan rasa mempengaruhi dalam penulisan nya, semoga bisa bermanfaat ya bu.
BalasHapusSemangat Ibu...;menyenangkan sekali punya habit menulis
BalasHapus