Saya salah satu orang tua siswa, merasa sangat cemas dan gelisah akan kehadiran anak di sekolah di masa pandemi. Alasan tak lain karena takut sang anak tertular. Meskipun ketakutan muncul, tapi saya tidak bisa melarang sang anak. "Ibu besok abang sekolah" dia berkata. Saya hanya mengiyakan karena dia tidak akan terima alasan yang tidak jelas. |
Tatap mukapun berlangsung. Dengan wajah ceria dan gembira dia berlari memikul tas nya. Alangkah senangnya dirimu! Dia sangat bahagia bisa belajar bersama teman-teman meskipun tidak bertemu semua teman. Dalam hati saya hanya bisa berdoa semoga anakku baik-baik saja.
Hari demi hari silih berganti, tibalah waktunya, saya harus bekerja. Kecemasan yang sempat hadir makin menguat tapi saya berusaha berpikir positif, jangan sampai kecemasan melanda tubuh ini hingga bukan Corona yang datang tapi rasa takut berlebihan yang dapat membunuh secara perlahan.
Rutinitaspun dimulai, saya dan teman-teman berjibaku dengan siswa-siswi, walaupun rasa cemas melanda, saya tidak bisa hanya sekedar duduk manis di depan kelas. Saya mesti keliling dan mengecek pekerjaan anak-anak. Alhamdulillah, selama tatap muka saya baik-baik saja.
Bagaimana dengan perkembangan anak saya? Apakah dia baik-baik saja? Untuk memastikan keamanannya, sayapun menjemputnya. Ternyata saya dibuat heran dan kaget. Saya terdiam ketika melihat suasana sekolah. Memang selama ini, saya hanya bisa mengantar saja, bila saya berkesempatan maka saya menjemputnya.
Ketika tiba di gerbang sekolah, semua murid wajib dicek suhu tubuhnya kemudian dilanjutkan dengan mencuci tangan. Sekolah yang saya datangi bukan SMP ataupun SMA tapi SD. Begitu ketatnya peraturan sekolah membuat sekolah aman dari penyebaran virus corona.
Banyak hal yang menggugah rasa, banyak hal yang bisa dipelajari dan banyak hal yang bisa dilakukan. Ketika selesai mencuci tangan, murid langsung ke kelas masing-masing. Tidak ada murid yang berkeliaran, tidak ada murid yang berkumpul, bahkan nongkrong di kantin. Mereka diingatkan membawa bekal melalui grup paguyuban, mereka diingatkan tidak membuka masker, mereka diingatkan selalu menjaga jarak. Guru kelas ikut andil dalam mendisiplinkan mereka. Mereka sangat patuh dan disiplin.
Pembelajaran di kelaspun berjalan seperti biasa, banyak kegiatan yang dilakukan. Mulai dari mewarnai, bernyanyi, menari, menonton, mengaji, bahkan belajar. Semua terlihat biasa-biasa saja. Bagaimana saya tahu aktivitas mereka? Guru kelas akan mengirimkan foto ataupun video saat mereka beraktivitas lewat grup paguyuban. Sebagai orang tua, pasti saya akan bertanya tentang apa saja yang dilakukan di sekolah. Ternyata kecemasan dan rasa takut yang muncul selama ini hanyalah rasa yang tercipta di dalam otak sehingga kerap kali muncul.
Ketika bell pulang, anak-anak bukan berlarian atau berebutan keluar kelas. Mereka tetap berada di dalam kelas ditemani guru kelas. Ada yang menyelesaikan pekerjaan mereka, adapula yang berdiskusi dengan guru kelas, dan bahkan ada yang melanjutkan pelajaran. Ketika orang tua atau wali murid menjemput, barulah mereka keluar kelas. Jadi selama berada di sekolah anak-anak hanya berinteraksi dengan guru serta teman sekelas sehingga memutus rantai penyebaran corona.
Kondisi sekolah mereka berbeda jauh dengan kondisi sekolah kami. Jika anak-anak begitu mudahnya menurut, berbeda dengan anak belasan tahun. Kebanyakan mereka mengabaikan protokol kesehatan, padahal tiap waktu selalu diingatkan. Ketika diminta menjaga jarak, di depan kita saja bertindak, selepas itu mereka akan kembali bergerombolan. Begitu juga ketika memasang masker, banyak alasan yang dibuat-buat. Meskipun begitu, pihak sekolah tidak henti-hentinya mengingatkan pentingnya mengikuti prokes.
Akhir tahun 2021, Corona tidak lagi hangat diperbincangkan, kehadirannya mulai menghilang dan tidak ditakuti seperti dulu. Sehingga aktivitas mulai berjalan normal, meskipun demikian rasa takut tetap masih ada.
Semoga saja di penghujung tahun ini menjadi tahun terakhir kehadiran virus corona sehingga kita bisa memulai langkah baru, membuka lembaran baru dan menjalani kehidupan baru. Harapan terbesar adalah kehidupan kembali seperti sediakala dimana ada nya kehangatan dan interaksi tanpa saling mencurigai dan saling ditakuti.
Semoga kecemasan yang sempat menghiasi hari-hari musnah dan hilang dan diganti dengan keramahtamahan, keceriaan, serta kegembiraan akan berkumpul dan bersilaturahmi dengan teman, tetangga, kerabat, bahkan keluarga besar. Dengan begitu kehangatan yang sempat hilang datang kembali.
Saat itu sangat dinantikan seperti merindukan hujan setelah panas yang lama atau menunggu panas setelah hujan berkepanjangan. Banyak hal yang bisa didapatkan, banyak pengalaman yang diperoleh, tinggal bagaimana menata hati ke depan sehingga tetap menjadi manusia yang bermanfaat buat sesama.
Corona akan berlalu, kebiasaan akan berganti, perjalan hidup pun akan sangat berbeda. Semoga harapan dan mimpi baru hadir bersamaan dengan bergantinya tahun baru. Waspada perlu, panik no. Takut wajar, ketakutan jangan. Hiduplah sewajarnya karena masih ada yang paling tinggi di atas yang tertinggi.
Selamat tinggal corona. Selamat tidur kecemasan dan menghilanglah rasa takut dan panik, dengan begitu hidup dan langkah baru segera dimulai.