Senin, 21 Juni 2021

Menulis Semudah Ceplok Telur? Benarkah?


Pertemuan ke-29 malam ini ternyata pertemuan malam  terakhir. Tidak terasa tiga bulan sudah mengikuti pelatihan belajar menulis PGRI di bawah naungan Om Jay. Kesedihan itu lah kata pertama yang dirasakan. Kebersamaan, kekeluargaan  dan kekompakkan  kelas menulis sangat terasa sekali meskipun tidak pernah bertatap muka langsung. Tak pernah terbayangkan bisa bertemu teman-teman semua dan Om Jay beserta tim dan juga nara sumber hebat. Takdir telah mempertemukan kita semua. Semoga kita tetap saling bersapa meskipun telah berpisah. 

Kelas terlebih dahulu dibuka oleh Omjay dan memberikann sedikit kata pengantar. Kata-kata beliau sangat mengena di hati. Untaian kata beliau sangat puitis membuat dadak sesak membacanya. Selanjutnya moderator cantik bu May, membuka kelas dan menyapa kami kami semua. Kalimat bu May juga menambah kegalauan di hati. Betapa berat rasanya perpisahan ini, tapi di setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. 

Sebagai bagian dari susunan acara malam ini, bu May mengisi kelas ini  dengan sajak yang sangat puitis yang berjudul  Memeluk Rindu Seabad, oleh Maesaroh.


Aku akan memeluk rindu seabad
Setelah api pertemuan hampir padam
Jemariku hanya menari 
See you good bye.

Binar di mataku menguap hingga pucuk kesedihan
Terjerambab pada rindu seabad
Lewat angin dan hujan
Ku titipkan rindu yang lupa berteduh.

Rindu tercipta atas sebuah perpisahan
Senja pun pulang membawa temaram
Setampuk lamunan menarik harapan
I wanna meet you.

Perpisahan ini hanya ilusi
Biarkan kenangan menjadi guru
Menjadi kapal-kapal rindu
Yang berlayar menuju impian.

Lebak, 21 Juni 2021

Perpisahan bukan ilusi. perpisahan ini nyata. kita tidak bisa lagi belajar langsung dengan nara sumber meskipun kita juga mendapat materi yang sama dengan grup 19. Tidak ada yang bisa mencegah perpisahan ini. Perpisahan bukan berarti kita tidak berjumpa lagi. Perpisahan menandakan kita telah usai belajar bukan berarti kita usai menulis. Perpisahan ini memberi sinyal kepada kita untuk mengaplikasikan apa yang telah kita dapat selama tiga bulan ini. Moga kita semua bisa mengikuti jejak pegiat literasi andal dan hebat. 

Binar-binar air mata tak bisa lagi dibendung. Perpisahan ini benar-benar menyayat hati. Banyak kenangan yang tak bisa dilupakan begitu saja. Kesedihan makin bertambah ketika munculnya beberapa video kenangan yang bisa dibuka di link berikut;
http://syamsul70.blogspot.com/2021/06/perpisahan-pelatihan-menulis-gelombang18.html

MAta kembali memerah ketika salah satu peserta menyampaikan pesan dan kesan selama mengikuti pelatihan belajar menulis gelombang 18 ini. Pelatihan belajar menulis yang sungguh luarbiasa ini telah mengajarkan banyak hal. Dari yang tadinya tudak tahu apa itu blog apalagi menggunakannya, kini melalui wadah pelatihan ini kami bukan hanya sekedar tahu tapi kini blog menjadi sahabat keseharian kami. Kami yang tadinya ragu untuk menulis, tidak percaya diri, takut ditertawakan, melalui wadah pelatihan ini, jiwa menulis kami terus dipupuk hingga tumbuh benih-benih keyakinan dan memiliki insting kuat tuk menulis bahkan kini satu demi satu, buku karya kami mulai terbit.

Setelah mengikuti pelatihan belajar menulis ini barulah kami menyadari betapa nikmatnya menulis, menyalurkan apa yang ada di isi kepala, apa yang ada di hati, apa yang dilihat oleh mata. Setiap hari muncul gejolak dalam hati tuk menggerakkan tangan walau hanya tuk menggoreskan sebuah kalimat. Bersama pelatihan ini juga hati kami di ikat menjadi satu keluarga. Rasanya baru kemarin kebersamaan ini kita buat, ternyata kini sudah di ujung perpisahan. Semoga kebersamaan ini bukanlah yang terakhir karena hari esok masih panjang tuk mengukir cerita bersama. Bahkan jika dibuat cerita tak akan pernah berakhir cerita kita. Peserta pelatihan angkatan 18, tak akan ada kata yang sanggup tuk melukiskan kebersamaan kita. Love so much 😘😘❤️❤️.

Lagi dan lagi kami dibuat menangis dan tersedu.  Melalui ucapan terima kasih, bu Tuty's kembali membuat kami main terharu. Alhamdulillah malam ini kita msh dapat bertemu secara maya via WA grup yang sangat kita cintai ini. Pada pertemuan terakhir ini, izinkan saya mewakili rekan-rekan peserta pelatihan menulis gelombang 18 menyampaikan banyak terima kasih kepada penulis-penulis  hebat yang telah mewakafkan ilmunya dengan ikhlas dan hanya mengharap imbalan pahala dari Allah SWT. Kepada tim dan narasumber hebat komunitas ini, Omjay, Bu Kanjeng, Pa Brian,  Bu Aam, Bu Ditta, Pak Haji Thamrin Dahlan, Bu Rita, Bu Noralia, Prof Eko Indrajid, Pa Cipto, Cak Inin, Pak Emcho, Pak Dedi Dwitagama,  Pak Akbar Zainudin, Cang Ato, Bu Mayor Nani, Pak Suparno, Pak Ajinatha, Pak Susanto, Pak Sudomo, Pak Joko, Pak Edi, dan  narasumber lainnya yang maaf belum saya sebutkan (berarti saya tdk menyimak materinya, hehe.. ).  

Kami sangat berterima kasih atas ilmu, waktu, tenaga,  dan kesempatan kepada kami hingga kami bisa mengenal liku-liku menulis dari awal menemukan ide, teknik menulis, mengenal blog, sampai ke jenjang penerbitan. Semuanya sudah kami ketahui dari pelatihan ini. Semangat, motivasi, dan inspirasi selalu ada dan kami dapatkan dari kegiatan ini. Semoga ilmu yang Bapak/ Ibu narasumber berikan akan memberi manfaat khususnya utk kami para peserta, umumnya untuk semua guru di seluruh pelosok negeri ini, aamiin. 

Sekali lagi, saya haturkan terima kasih, mohon maaf apabila dalam pelaksanaannya ada salah dan khilaf dari kami. Insyaa Alloh kami akan jaga selalu silaturahmi, sehingga kemenangan bukan milik pribadi, akan tetapi milik kita bersama, sebagai penulis yang dirindukan oleh pembacanya. 
Demikian ucapan terima kasih dari kami. Akhirul kalam, saya ucapkan jazakumullohu khoiron katsiro, wassalamualaikum wr. wb.

Berikut adalah kata mutiara yang dapat dijadikan motivasi ketika menulis.  

"Menulislah tiap hari dan buktikan apa yang terjadi."
"Biarkan tulisanmu menemukan takdirnya sendiri"
"Menulis itu seperti pipis dan pup, kerjakan, nikmati, lupakan."

Beruntung sekali bisa bergabung dengan teman-teman hebat. Belajar bersama-sama dan dan saling berbagi. Lebih bersyukur lagi  bisa bertemu dan berguru langsung dengan orang-orang hebat, terkenal dalam kehebatan karya-karya mereka dan sangat murah hati. Semoga semua kebaikan dapat menular pada kami. 

Sebagai materi penutup pelatihan malam ini, kami dipertemukan dengan sesosok perempuan hebat lain nya yang bernama Lilis Sutikno. Saya suka dengan kalimat beliau "Menulis adalah berteriak pada dunia tanpa suara." Benar sekali kalimat beliau. Apa yang kita rasakan dituangkan ke dalam tulisan. Tulisan dibukukan . Ketika dibukukan semua orang akan membacanya. Dengan demikian semua orang akan tahu apa yang kita tulis. 

Beliau juga jebolan kelas belajar menulis di bawah naungan Om Jay. Berikut adalah ulasan beliau tentang manfaat yang didapatkan setelah mengikuti kelas ini. "Dari kelas ini nama saya menjadi besar dan dikenal banyak guru-guru se-Indonesia. KELAS ini telah memberikan saya inspirasi memberikan tongkat estafet kepada penulis muda berbakat dalam kelas mini di Nusa Tenggara Timur. Dengan nama KELAS WAG MBI (kelas belajar menulis pasti menjadi buku ber-ISBN). Dari lubuk hati yang paling dalam saya mengucapkan banyak terima kasih untuk semuanya kepada Om Jay. Hingga detik ini peran Om Jay dalam dunia menulis saya sangat luar biasa."

Tema yang akan mbak Pipin bawa malam ini adalah Menulis Semudah Ceplok Telur. Benarkah? Mari kita lihat penjelasan beliau. Tanpa membaca jangan pernah bermimpi, Ibu dan Bapak akan menjadi penulis !!! Itu hal yang mustahil akan terwujud. Selalu dan selalu kami diingatkan tentang kunci keberhasilan dalam menulis adalah membaca. Membaca adalah jendela dunia. Makin banyak baca makin banyak tahu. Dengan banyak tahu makin mudah mengembangkan tulisan dan ide-ide ketika menulis. Benar-benar menginspirasi mbak Pipin. 

Banyak karya hebat yang telah dihasilkan oleh mbak Pipin di antaranya adalah lahirnya buku antologi yang berjudul Secercah harapan Dalam Keterbatasan."  Berkumpul dan belajar   dengan orang hebat membuat kita makin bersemangat untuk mengikuti kesuksesan mereka. Memang nasib dan takdir tiap orang tidak sama, selagi ada niat baik untuk mewujudkan yang diinginkan lambat laun pasti akan terwujud. Waktulah  yang akan menjawab nya. Jika tidak hari ini, maka ada esok, jika tidak esok masih ada hari berikutnya. Yang terpenting kita punya niat dan selalu memotivasi diri untuk maju dan terus berjuang sehingga apa yang dicita-citakan terwujud. 

Saya sangat tersentuh dengan kalimat yang beliau tinggalkan untuk kami, "Mari mulai berani menulis.  Belajar menulis dalam komunitas yang membawa Ibu dan Bapak menjadi penulis buku ber-ISBN. Beliau juga meninggalkan jejak lewat kalimat  Pramudya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” "Sebagai pengarang saya masih lebih percaya kepada kekuatan kata daripada kekuatan peluru yang gaungnya hanya akan berlangsung sekian bagian dari menit, bahkan detik." 

Ajakan dan pesan beliau sangan menginspirasi. Dari awal sampai akhir pertemuan tiada berhenti beliau menggaungkan kata, "Mari menulis!"
Sebab  . . .
Menulis itu semudah ceplok telur, maka menulislah.
Menulis adalah luapan rasa cinta yang tak sampai, agar cinta kita tersampaikan dengan sempurna maka menulislah
Menulis adalah berteriak kepada dunia tanpa suara
Maka...
Menulislah Agar dunia tahu siapa dirimu

Materi yang sangat menarik sebagai penutup pelatihan belajar menulis PGRI gelombang 18. Banyak sekali ilmu dan kalimat yang memotivasi dan memompa semangat kami untuk terus menulis. Menulis lah senyaman mungkin, menulislah sesuka hati. Menulislah dengan bebas dengan begitu menulis tidak menjadi beban. Tuliskan apa yang dirasakan. Menulislah ketika dalam kesedihan. Menulislah tentang kebahagiaan, menulislah tentang apapun. 

Dalam sesi tanya jawab, saya terkesan dengan jawaban beliau ketika menjawab pertanyaan Om Jay. Apa kesulitan yg ibu hadapi saat membuat buku antologi? Terima kasih Om Jay, menulis Antologi itu sama dengan NUBER Nulis Bersama, bagi saya yang hingga kini sulit adalah, saya tak bisa rem cerita Om Jay. Karena itu saya buat komunitas sendiri dengan menulis Antologi yang memiliki Kepribadian sama dengan saya, mau nulis suka-suka.Jadi peserta nya sedikit buku nya tebal. 

Jadi siapakah yang dapat dijadikan superhero dalam berliterasi? Jawaban saya singkat, jelas dan padat. beliau adalah Om Jay. Orang yang telah melahirkan dan mengispirasi penulis-penulis hebat baik yang baru lahir maupun yang telah mengikuti jejak beliau. Terima kasih banyak Om Jay, engkau pantas disebut sebagai bapak literasi.

Semoga setelah mengikuti pelatihan ini, semangat menulis kami terus berkobar. Semoga tulisan yang kami hasilkan bisa bermanfaat dan memotivasi orang lain. Hal yang akan terus saya gaungkan untuk diri saya sendiri adalah menjadikan menulis is habit. Bila telah menjadi habit maka saya akan terus menulis dalam kondisi dan situasi apapun. Ketika menulis tidak bisa ditinggalkan maka terwujudlah menulis sepanjang hayat. Dengan demikian menulis akan mendarah daging dalam tubuh ini. Hidup tak kekal dengan bertambahnya usia, maka akan ada tulisan yang ditinggalkan yang akan menjadi kenangan untuk anak cucu. 

Ingin saya tutup perjalan pelatihan belajar menulis ini dengan sebuah pantun, semoga teman-teman semua berkenan. Sampai ketemu di lain waktu.
Baca buku di waktu subuh
Sambil masak lauk dan  nasi
banyak ilmu tumbuh di tubuh 
akan segera diaplikasi

Ini adalah perjalanan hidup yang tidak mudah untuk dilupakan karena kita akan mengingat satu sama lain dalam buku yang telah hadir di antara kita. Semoga ilmu yang kita peroleh bermanfaat sepanjang masa.


8 komentar:

  1. Terima kasih... kisah ini bisa di penggal menjadi 2 judul. Akan lebih mengalir ceritanya. Semangat yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Ibu guru Cantik Bunda Lilies Sutikno.

      Hapus
  2. Masyaallah mantap tulisannya bunda Okmi👍👍

    BalasHapus
  3. Luarbiasa , lengkap dan tuntas semua di bahas, semangat ya tetap jalin silaturahmi

    BalasHapus
  4. sungguh kebersamaan yang manis di kelas 18 ini .semoga silaturahmi ttp terjaga...keep writing...😊🙏

    BalasHapus

Gadis pemalu dan sederhana kelahiran 41 tahun yang silam telah memilih tambatan hatinya "guru" sebagai profesi utama dalam nengaru...